Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menyoroti pentingnya pelestarian kawasan megalitik Lore Lindu di Sulawesi Tengah. Ia menegaskan bahwa situs-situs tersebut merupakan bagian krusial dari peradaban Nusantara yang telah berusia ribuan tahun. Kunjungan ini dilakukan pada Senin, 29 Desember 2025, sebagai bagian dari komitmen pemerintah dalam melindungi warisan budaya prasejarah.
“Usia tinggalan arkeologis di kawasan ini mencapai lebih dari 4.000 tahun, bahkan di beberapa titik diperkirakan berusia hingga 8.000 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah merupakan bagian penting dari peradaban Nusantara yang sangat tua,” ujar Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Selasa (30/12/2025).
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Kunjungan Fadli Zon ke sejumlah situs cagar budaya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, ini bertujuan memperkuat komitmen pemerintah dalam pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya. Fokus utama adalah peninggalan prasejarah yang memiliki nilai penting bagi peradaban.
Peninjauan Situs Megalitik Lore Lindu
Selama peninjauan, Fadli mengunjungi beberapa situs megalitik yang tersebar di Kawasan Lore Lindu, antara lain Situs Megalitik Tadulako, Situs Megalitik Pokekea, dan Situs Megalitik Tambi. Situs-situs ini merepresentasikan jejak peradaban masyarakat masa lampau dengan kekayaan arkeologi serta nilai sejarah dan ilmu pengetahuan yang tinggi.
Situs Megalitik Pokekea, yang telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional, menjadi salah satu sorotan utama. Area padang rumput ilalang ini menyimpan berbagai tinggalan megalitik seperti arca, kalamba, tutup kalamba, dolmen, batu berlubang, lumpang, dulang, umpak, fragmen tembikar, hingga tempayan.
Temuan-temuan di Pokekea mengindikasikan tingkat peradaban yang maju pada masanya, berfungsi sebagai situs pemukiman, penguburan, dan pemujaan. Fadli Zon menekankan pentingnya pelindungan dan pengelolaan situs secara berkelanjutan.
“Kekayaan ini harus kita lindungi, kita kembangkan, dan kita manfaatkan secara bertanggung jawab sebagai wisata budaya dan wisata sejarah, tanpa mengabaikan prinsip pelestarian,” tegasnya.
Tantangan dan Promosi Warisan Budaya
Menteri Kebudayaan juga menyoroti sejumlah tantangan dalam pengelolaan situs, seperti potensi vandalisme serta dampak cuaca dan perubahan iklim yang dapat mempercepat pelapukan struktur batuan. Oleh karena itu, promosi Situs Pokekea diharapkan semakin gencar.
“Sebagai situs yang telah ditetapkan berperingkat nasional, Situs Cagar Budaya Pokekea ini diharapkan akan semakin dikenal oleh masyarakat, dan kita promosikan tidak hanya kepada masyarakat Sulawesi Tengah dan Nusantara, tetapi juga pada dunia, bahwa peradaban ini jelas sekali menunjukkan satu peradaban yang cukup tinggi pada masanya,” kata Fadli.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Fadli Zon didampingi oleh sejumlah pejabat. Mereka antara lain Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan, Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Protokoler dan Rumah Tangga Rachmanda Primayuda, Sekretaris Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Wawan Yogaswara, dan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII Andriyani. Turut hadir pula Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah dr. Reny Arniwaty Lamadjido dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah Andi Kamal Lembah.
Fadli menambahkan, pihaknya akan mendorong penelitian lanjutan untuk mengungkap lebih dalam budaya masyarakat prasejarah di kawasan tersebut. “Ke depan, tantangan kita adalah melakukan penelitian lebih lanjut agar peradaban masa lalu di kawasan ini dapat terungkap secara lebih mendalam. Kita meyakini bahwa aset-aset budaya yang ada di sini menunjukkan bahwa peradaban Nusantara merupakan peradaban yang sangat tua dan kaya,” jelasnya.
Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan budaya prasejarah secara berkelanjutan. Melalui pelestarian terintegrasi, penguatan riset, dan promosi yang lebih luas, situs-situs megalitik di Sulawesi Tengah diharapkan dapat terjaga, memperkaya pengetahuan, memperkuat identitas budaya bangsa, serta memberi manfaat nyata bagi masyarakat.






