Keuangan

Ekonomi Indonesia Diproyeksikan Tumbuh 5,1% di 2026, Pasar Obligasi Kian Mandiri dari Investor Asing

PT Simpan Asset Management memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1 persen secara tahunan pada 2026. Optimisme ini muncul di tengah ketidakpastian global, didorong oleh kebangkitan saham-saham berkapitalisasi besar atau blue chip serta kemandirian pasar obligasi dari ketergantungan investor asing.

Pandangan tersebut tertuang dalam laporan strategis “Simpan Macro Outlook 2026” yang dirilis oleh Tim Investasi Simpan Asset Management pada Selasa (30/12/2025). Laporan ini berfungsi sebagai panduan bagi investor untuk memahami arah ekonomi dan pasar keuangan sepanjang 2026, serta menavigasi peluang dan risiko di tengah dinamika global yang terus berubah.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Proyeksi Ekonomi dan Kebijakan

Simpan mengambil sikap optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan pasar saham, khususnya saham-saham berkapitalisasi besar. Sementara itu, pasar obligasi dipandang relatif stabil dengan kekuatan utama berasal dari investor dalam negeri.

Brand Manager Simpan Asset Management, Jesika Rumenda, menyampaikan bahwa lembaganya melihat fondasi ekonomi Indonesia tetap solid. Kondisi ini terjaga meskipun dunia dihadapkan pada ketegangan geopolitik, perubahan arah kebijakan moneter global, serta volatilitas pasar keuangan internasional.

Optimisme tersebut berangkat dari kinerja ekonomi Indonesia yang dinilai tetap terjaga sepanjang 2025, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) berada di atas 5 persen. Struktur ekonomi nasional masih ditopang oleh tingkat penetrasi industri yang relatif rendah, peluang peningkatan produktivitas, serta profil demografi yang menguntungkan.

Memasuki 2026, Simpan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,1 persen secara tahunan, seiring kebijakan fiskal dan moneter yang cenderung lebih akomodatif. Di sisi fiskal, berbagai inisiatif strategis pemerintah untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang diperkirakan mulai menunjukkan dampak bertahap.

Meskipun tidak memberikan efek instan, kebijakan tersebut dinilai mampu memperkuat mesin pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka menengah hingga panjang, sekaligus menjaga kepercayaan pelaku pasar.

Jesika Rumenda menegaskan, “Memasuki 2026, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan mencapai 5,1 persen YoY, seiring kebijakan fiskal dan moneter yang lebih akomodatif. Inisiatif strategis seperti Danantara diperkirakan menjadi katalis penting bagi pertumbuhan jangka panjang, meskipun dampaknya akan terealisasi secara bertahap.”

Kemandirian Pasar Obligasi

Salah satu sorotan utama dalam laporan tersebut adalah perubahan struktur pasar obligasi Indonesia. Sepanjang 2025, kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) tercatat turun hingga sekitar 14 persen dari total outstanding.

Namun, kondisi tersebut tidak diikuti dengan gejolak signifikan di pasar. Pergerakan imbal hasil obligasi tetap relatif stabil dan bahkan sempat menurun pada periode tertentu, menunjukkan ketahanan pasar domestik.

Mureks