Perusahaan e-commerce raksasa Korea Selatan, Coupang, mengumumkan akan membayar kompensasi senilai 1,69 triliun won atau sekitar Rp25,2 triliun kepada puluhan juta penggunanya. Langkah ini diambil menyusul insiden kebocoran data besar-besaran yang menimpa platform tersebut.
Kompensasi tersebut akan diberikan kepada pemegang 33,7 juta akun yang terdampak. Setiap pelanggan akan menerima voucher senilai 50.000 won, setara dengan sekitar Rp625 ribu, yang dapat digunakan untuk berbelanja di platform Coupang.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Pengumuman ini disampaikan sehari setelah pendiri Coupang, Kim Bom, menyampaikan permintaan maaf publik atas pelanggaran kebocoran data yang terjadi pada November lalu. Kim Bom juga berjanji akan mempercepat langkah-langkah kompensasi berupa voucher kepada pengguna di Korea Selatan. Namun, ia menolak untuk menghadiri sidang parlemen yang dijadwalkan pada 30-31 Desember.
Kritik Terhadap Bentuk Kompensasi Voucher
Meski demikian, langkah perusahaan untuk memberikan kompensasi dalam bentuk voucher menuai kritik tajam dari berbagai pihak. Anggota parlemen dari Partai Demokrat sekaligus Ketua Komite Sains, TIK, Penyiaran, dan Komunikasi Majelis Nasional, Choi Min-hee, menilai voucher tersebut “kurang berguna”.
Choi Min-hee bahkan menuduh Coupang “mencoba mengubah krisis kebocoran data tersebut menjadi peluang bisnis.”
Senada, kelompok advokasi konsumen Dewan Nasional Organisasi Konsumen Korea menyatakan bahwa rencana kompensasi itu “meremehkan konsumen dan tingkat keparahan kebocoran data”. Menurut mereka, voucher yang diberikan “lebih mirip alat pemasaran untuk mendorong pembelian tambahan daripada sebagai bentuk ganti rugi.”
Saat dimintai komentar terkait kritik publik yang berkembang, pihak Coupang menolak untuk memberikan tanggapan lebih lanjut. Parlemen Korea Selatan sendiri berencana untuk menggelar sidang dengar pendapat selama dua hari terkait kasus ini, yang akan dimulai pada 30 Desember.






