JAKARTA – Beban utang Indonesia dinilai semakin memberatkan kemampuan fiskal negara, meskipun secara nominal masih dalam batas aman. Hal ini disampaikan oleh pakar ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Lukman Hakim, pada Selasa (30/12/2025).
Menurut Lukman, indikator rasio utang seperti debt service ratio dan debt income ratio menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Kondisi ini secara langsung menekan kemampuan fiskal pemerintah dan mendorong lonjakan pembayaran bunga utang.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
“Kalau dilihat dari rasio utang seperti debt service ratio dan debt income ratio, itu semakin meningkat. Ini menandakan utang makin berat bagi Indonesia, dan otomatis pembayaran bunganya juga makin tinggi,” ujar Lukman saat dihubungi Kompas.com.
Meski demikian, Lukman mengakui posisi fiskal Indonesia masih relatif aman karena rasio defisit anggaran tetap terjaga di bawah 3 persen, sesuai Rancangan APBN (RAPBN). Namun, ia mengingatkan bahwa tekanan akan semakin terasa di tengah tren suku bunga global yang tinggi.
“Dengan semakin tingginya suku bunga, ruang fiskal pemerintah menjadi makin sempit. Karena itu, pemerintah perlu lebih kreatif dalam mencari dan meningkatkan sumber-sumber pendapatan negara lainnya,” jelasnya.
Lukman menilai, salah satu langkah mendesak yang harus diambil pemerintah adalah mengevaluasi proyek-proyek yang dianggap tidak efisien. Ia secara khusus menyoroti proyek infrastruktur berskala besar yang bersifat mercusuar, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Menurutnya, alokasi anggaran seharusnya lebih diprioritaskan pada program-program yang mampu mendorong investasi produktif dan menciptakan dampak ekonomi berantai yang kuat.
“Lebih baik fokus pada program yang menumbuhkan kembali sektor pertanian dan industri, karena sektor-sektor ini punya linkages yang kuat, baik ke depan maupun ke belakang,” kata Lukman.
Ia menambahkan, penguatan sektor-sektor produktif tersebut tidak hanya berpotensi meningkatkan pendapatan negara dalam jangka menengah-panjang, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional di tengah tekanan fiskal yang kian besar.






