Keuangan

BBCA Jadi Barometer Asing, IHSG Bertahan di Level 8.600 Usai Inflow Rp1,34 Triliun

Advertisement

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan penguatan hingga penutupan perdagangan baru menjelang akhir tahun. Di tengah fluktuasi sektor dan rotasi saham, aksi beli bersih investor asing senilai Rp1,34 triliun menjadi sinyal penting bagi pasar, terutama menjelang akhir tahun.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 0,42 persen ke level 8.645,84. Indeks LQ45 bahkan mencatat kenaikan lebih tinggi, yakni 0,73 persen ke posisi 859,72, menandakan minat investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar masih terjaga.

Di tengah penguatan indeks tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali dipandang sebagai saham kunci untuk membaca arah pasar. Meski sektor keuangan secara agregat terkoreksi tipis, pergerakan BBCA kerap menjadi barometer sentimen investor institusi, khususnya terkait arus dana asing.

BBCA dan Dinamika Arus Modal Asing

Bbca
Bbca 2025/12/23

Aksi beli asing pada awal pekan ini terjadi setelah tekanan jual yang cukup panjang sepanjang 2025. Secara kumulatif, investor asing masih mencatat net sell sekitar Rp21,5 triliun sepanjang tahun berjalan. Kondisi ini membuat setiap inflow asing, terutama ke saham-saham big cap seperti BBCA, menjadi perhatian pelaku pasar.

Dalam beberapa fase perdagangan, BBCA sering kali menjadi saham pertama yang mencerminkan perubahan sikap asing, baik saat risk-on maupun risk-off. Karena bobotnya yang besar di IHSG dan LQ45, pergerakan BBCA memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas indeks.

Klik BBCA untuk update berita tentang BBCA dan saham lainnya!

Sentimen Domestik dan Global Menguatkan Pasar

Sejumlah sentimen positif menopang pergerakan IHSG di awal pekan. Dari sisi domestik, faktor musiman dinilai masih memberi dorongan menjelang pergantian tahun.

“Dari domestik, window dressing, Nataru, dan dividen play menjadi sentimen positif menuju awal tahun,” ujar Pengamat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa.

Sementara dari global, ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar pada tahun depan turut mendorong optimisme investor.

“Adanya proyeksi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral global pada tahun depan bisa membuat pasar saham menguat dan memicu inflow asing masuk ke IHSG,” kata Reydi.

Ia menambahkan bahwa perhatian pelaku pasar kini tertuju pada pergerakan dana asing menjelang akhir 2025, terutama dengan kombinasi ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan dan potensi January Effect.

Advertisement

“January Effect dapat membuat saham-saham perbankan berpotensi diserbu oleh investor asing,” lanjut Reydi.

Dalam konteks ini, BBCA menjadi salah satu kandidat utama yang kerap masuk radar investor menjelang awal tahun.

Kinerja Indeks, Sektor, dan Saham

Indeks Ihsg (1)
IHSG

Pada perdagangan hari ini, IHSG bergerak di rentang 8.609,38–8.648,79. Sebanyak 251 saham menguat, 433 saham melemah, dan 120 saham stagnan.

Total frekuensi transaksi mencapai 2,95 juta kali dengan volume perdagangan 43,1 miliar saham dan nilai transaksi Rp24,2 triliun. Nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp16.764 per dolar AS. Dari 11 sektor saham, enam sektor mencatat penguatan, dipimpin sektor energi yang melonjak 2,5 persen, disusul sektor basic naik 1,94 persen dan consumer siklikal menguat 0,80 persen.

Sebaliknya, sektor teknologi menjadi laggard dengan koreksi 2,89 persen. Sektor properti dan infrastruktur juga melemah. Sektor keuangan tercatat terkoreksi tipis 0,06 persen, namun relatif stabil berkat peran saham-saham besar seperti BBCA.

Baca juga: BBCA Jadi Penjaga Ritme IHSG, Peluang Menguat ke 8.700 Masih Terbuka

Saham Teraktif dan Pergerakan Menarik

Dari sisi aktivitas perdagangan, BUMI menjadi saham teraktif berdasarkan nilai transaksi dengan total Rp4,6 triliun, diikuti ANTM dan DEWA. Berdasarkan frekuensi, SUPA dan BUMI mencatatkan transaksi terbanyak. Sejumlah saham mencatat lonjakan tajam dan masuk daftar top gainers, seperti PAMG, NETV, dan LRNA. Sementara itu, tekanan jual terlihat pada saham-saham seperti FITT dan CSIS.

Pantau pergerakan BBCA sebagai indikator utama sentimen asing di sektor perbankan dan IHSG, manfaatkan momentum window dressing, Nataru, dan January Effect untuk strategi trading maupun akumulasi, dan gunakan koreksi sektor keuangan secara selektif, terutama pada saham big cap dengan fundamental kuat seperti BBCA.

Dengan IHSG yang masih mampu bertahan di zona hijau dan arus dana asing mulai menunjukkan sinyal masuk, BBCA tetap menjadi kunci membaca arah pasar sekaligus saham strategis bagi investor yang mengincar stabilitas dan likuiditas menjelang awal 2026.

Klik mureks untuk tahu artikel menarik lainnya!

Advertisement
Mureks