Bank Indonesia (BI) tercatat sebagai salah satu bank sentral paling agresif dalam memangkas suku bunga acuan sepanjang tahun 2025. Kebijakan ini menempatkan BI di garis depan di antara negara-negara Asia Tenggara yang juga melakukan penyesuaian suku bunga.
Langkah pemangkasan suku bunga yang signifikan ini memunculkan pertanyaan besar mengenai prospek kebijakan moneter ke depan. Analis ekonomi kini menyoroti peluang berlanjutnya era suku bunga rendah hingga tahun 2026, sebuah kondisi yang dapat memengaruhi berbagai sektor perekonomian nasional.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Agresivitas Bank Indonesia dalam Kebijakan Moneter
Sepanjang tahun 2025, tren pemangkasan suku bunga acuan menjadi fenomena global yang diadopsi oleh sejumlah bank sentral di berbagai negara. Namun, Bank Indonesia menunjukkan pendekatan yang paling berani dan cepat dalam menurunkan suku bunga dibandingkan dengan rekan-rekannya di kawasan Asia Tenggara.
Keputusan BI untuk secara agresif memangkas suku bunga ini diyakini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global dan domestik. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat merangsang investasi dan konsumsi, meskipun juga perlu mempertimbangkan stabilitas nilai tukar dan inflasi.
Proyeksi Era Suku Bunga Rendah Berlanjut
Dengan rekam jejak pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan, perhatian kini beralih pada kemungkinan keberlanjutan era suku bunga rendah hingga tahun 2026. Proyeksi ini menjadi topik hangat di kalangan ekonom dan pelaku pasar, mengingat dampaknya yang luas terhadap biaya pinjaman, pasar modal, dan sektor riil.
Informasi lebih lanjut mengenai analisis mendalam terkait peluang berlanjutnya era suku bunga rendah ini telah dibahas dalam program “Big Stories” CNBC Indonesia pada Jumat, 26 Desember 2025. Diskusi tersebut memberikan gambaran komprehensif mengenai faktor-faktor yang mendukung atau menghambat kelanjutan kebijakan moneter akomodatif ini.






