Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menaruh harapan besar pada partisipasi investor institusi untuk mendongkrak kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2026. Proyeksi ini disampaikan di tengah pesatnya pertumbuhan investor ritel yang kini telah melampaui 20 juta, jauh di atas target yang sebelumnya diproyeksikan baru tercapai pada 2027.
Ketua AEI, Armand Wahyudi Hartono, menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan investor ritel sudah sangat pesat, potensi dari investor institusi masih sangat besar untuk mengembangkan pasar modal lebih lanjut.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Proyeksi IHSG dan Peran Investor Institusi
“Sebenarnya banyaklah opportunity ke depan. Semoga kalau ke depan masih ada ruang, kita harapkan dari institusi ya. Investor institusi juga ada opportunity untuk kalau itu bisa masuknya banyak, pasar modal juga akan lebih berkembang,” jelas Armand saat ditemui wartawan usai konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Armand menambahkan, capaian pasar modal Indonesia hingga akhir tahun 2025 menunjukkan ketahanan yang cukup kuat, meskipun sempat menghadapi tantangan besar. Untuk proyeksi 2026, fokus utama asosiasi adalah terus bekerja dengan baik. Ia optimistis kinerja yang konsisten akan membuat pasar modal Indonesia semakin besar, menarik investor yang lebih berkualitas, dan pada akhirnya ikut mendorong kemajuan negara.
“Kita tidak bisa melihat masa depan, hanya bisa kerja keras,” kata Armand.
Ia mengakui bahwa pada tiga bulan pertama tahun 2025, kondisi pasar cukup menantang, namun situasi membaik pada semester kedua. IHSG bahkan mampu kembali menguat hingga ditutup di kisaran 8.600, mencerminkan resiliensi pasar domestik.
Tantangan dan Peluang Pasar Modal 2026 Versi OJK
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyoroti sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi pada industri pasar modal Indonesia memasuki tahun 2026. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyebut secara global volatilitas pasar masih akan dipengaruhi oleh perkembangan suku bunga global, dinamika harga komoditas, serta kondisi geopolitik.
“Namun demikian, fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat dan terjaga, Indonesia memiliki ruang yang memadai untuk melanjutkan penguatan kinerja pasar modal secara berkelanjutan,” ujar Inarno di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (30/12).
Inarno menjelaskan, OJK bersama Self-Regulatory Organization (SRO) telah menetapkan berbagai prioritas pengembangan pasar modal untuk tahun depan. Prioritas tersebut mencakup kolaborasi dengan institusi terkait seperti Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Di sisi lain, pihaknya juga akan meningkatkan keamanan siber, integritas pasar, penguatan kelembagaan pelaku usaha jasa keuangan, serta pengembangan keuangan berkelanjutan.






