Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak keras tuduhan Rusia yang menyebut Kyiv mencoba menyerang kediaman Vladimir Putin di wilayah Novgorod. Zelenskyy secara tegas menyebut tuduhan tersebut sebagai sebuah “kebohongan” dan “rekayasa” yang bertujuan untuk melemahkan proses negosiasi perdamaian.
Dalam unggahan di media sosialnya pada Rabu, 31 Desember 2025, Zelenskyy menuding Rusia berupaya menghambat kemajuan yang telah dicapai dalam pembicaraan damai antara Ukraina dan Amerika Serikat (AS). Ia juga mengklaim Moskow sedang mempersiapkan serangan tambahan terhadap gedung-gedung pemerintah Ukraina di Kyiv.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
“Kisah tentang ‘serangan kediaman’ ini sepenuhnya rekayasa yang bertujuan membenarkan serangan tambahan terhadap Ukraina, termasuk Kyiv, serta penolakan Rusia untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mengakhiri perang,” tulis Zelenskyy.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan bahwa dugaan serangan drone pada Senin (29/12) itu akan mengubah posisi negosiasi Moskow dan mengancam akan melakukan serangan balasan. Namun, Ukraina membantah tuduhan tersebut dengan keras.
Duta Besar Ukraina untuk Turki, Andrii Sybiha, melalui akun X-nya, menegaskan, “Hampir sehari telah berlalu, dan Rusia masih belum memberikan bukti yang masuk akal atas tuduhannya tentang ‘serangan terhadap kediaman Putin’. Dan mereka tidak akan bisa, karena tidak ada. Tidak ada serangan semacam itu terjadi.” Kyiv menilai tuduhan Rusia hanya dimaksudkan untuk melemahkan negosiasi perdamaian yang sedang berlangsung.
Trump Ungkap Percakapan dengan Putin
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberitahunya pada Senin (29/12) bahwa Ukraina mencoba menyerang kediamannya. Pernyataan ini disampaikan Trump dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Menanggapi pertanyaan apakah tuduhan tersebut dapat memengaruhi upayanya memediasi perdamaian di Ukraina, Trump menyatakan kekhawatirannya. “Saya tidak suka itu. Ini tidak baik,” ujarnya.
Trump menambahkan, “Saya belajar tentang ini dari Presiden Putin hari ini. Saya sangat marah tentang hal itu,” sambil menggambarkan pembicaraannya dengan Putin sebagai “percakapan yang sangat baik.”
Ia juga menekankan sensitivitas situasi saat ini. “Ini periode waktu yang sensitif. Satu hal jika mereka bersikap ofensif karena mereka memang ofensif. Tapi menyerang rumahnya? Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan hal itu,” kata Trump. Saat ditanya mengenai bukti serangan tersebut, Trump menjawab singkat, “Kita akan cari tahu.”
Rencana Perdamaian dan Jaminan Keamanan
Terkait rencana perdamaian, Zelenskyy menyebut AS telah menawarkan “jaminan keamanan yang kuat” untuk Ukraina selama 15 tahun. Jaminan ini akan menjadi bagian dari rencana perdamaian 20 poin yang sedang dibahas dengan Trump, meskipun nasib wilayah Donbas masih belum jelas.
Zelenskyy mengkritik kegagalan janji-janji sebelumnya, termasuk Memorandum Budapest 1994 yang didukung AS dan Inggris, yang menurutnya “tidak berhasil”. Ia menekankan bahwa keberadaan pengawas internasional pascaperang adalah bentuk keamanan terbaik bagi warga Ukraina.
“Kami ingin jaminan itu lebih lama. Saya katakan kepada Trump bahwa kami ingin mempertimbangkan jaminan 30, 40, atau bahkan 50 tahun, dan itu akan menjadi keputusan historis oleh Presiden Trump,” ungkap Zelenskyy. Trump menanggapi hal ini dengan mengatakan, “Saya akan memikirkannya.”
Zelenskyy menegaskan kembali penolakan Ukraina untuk menyerahkan wilayahnya kepada Rusia. “Tidak rahasia lagi bahwa Rusia ingin ini. Dalam fantasi mereka, mereka ingin kami tidak ada di wilayah negara kami sendiri,” ujarnya.
Ia menawarkan proposal zona demiliterisasi dan zona ekonomi bebas di sepanjang garis depan, dengan penarikan pasukan dari kedua belah pihak. Rencana ini dapat diajukan dalam referendum nasional jika Rusia setuju untuk gencatan senjata minimal 60 hari.
Sementara itu, Kremlin menegaskan bahwa Ukraina harus menarik pasukannya dari “sabuk benteng” di oblast Donetsk. Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, memperingatkan bahwa jika kesepakatan tidak tercapai, Ukraina akan kehilangan lebih banyak wilayah. Wilayah Zaporizhzhia, yang dikuasai Rusia sejak invasi 2022, tetap menjadi titik krusial dalam negosiasi.
Di tengah ketegangan ini, Rusia juga menempatkan sistem rudal Oreshnik dengan kemampuan nuklir di Belarus. Kementerian Pertahanan Rusia menggelar upacara militer untuk menandai masuknya sistem ini ke dinas aktif. Kepala pasukan rudal Rusia menyatakan rudal Oreshnik memiliki jangkauan yang memungkinkan mencapai seluruh Eropa.
Penempatan rudal ini menambah kompleksitas negosiasi yang belum menemukan terobosan signifikan, meskipun Trump menyebut kedua negara “lebih dekat dari sebelumnya” untuk mengakhiri perang.






