Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) menggelar Diklat Relawan Psikososial. Pelatihan ini bertujuan mempersiapkan mahasiswa untuk respons bencana di wilayah Sumatra, khususnya dalam mendampingi para penyintas yang mengalami trauma psikologis.
Kegiatan diklat dilaksanakan selama dua hari, pada Sabtu dan Ahad, 20-21 Desember 2025, bertempat di Kampus 1B UAD. Inisiatif ini muncul sebagai respons atas dampak bencana di sejumlah wilayah Sumatra yang tidak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga luka psikologis mendalam bagi para korban.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Di balik runtuhnya bangunan dan hilangnya harta benda, terdapat trauma, ketakutan, serta rasa kehilangan yang membutuhkan pendampingan psikososial. Pendampingan ini krusial agar para korban mampu bangkit dan menata kembali kehidupan mereka.
Diklat ini membekali 20 relawan, terdiri dari 10 mahasiswa UAD dan 10 mahasiswa Universitas ‘Aisiyah Yogyakarta (UNISA). Mereka dilatih untuk memiliki pemahaman, keterampilan, dan kesiapan agar mampu mendampingi penyintas bencana secara empatik, beretika, dan berkelanjutan.
Materi Komprehensif untuk Kesiapan Relawan
Pada hari pertama, peserta diklat mengikuti serangkaian materi penting. Pembahasan meliputi fikih kebencanaan Muhammadiyah, manajemen bencana Muhammadiyah, serta asesmen dan pengantar intervensi psikososial. Selain itu, peserta juga mendapatkan orientasi lapangan terkait budaya dan kondisi sosiologis masyarakat Aceh, khususnya wilayah Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues.
Luqman Tifa Perwira, S.Psi., M.Psi., salah satu pemateri, menjelaskan pentingnya layanan minimal Muhammadiyah dalam penanganan bencana. Ia merinci berbagai bentuk dukungan yang diberikan.
“layanan minimal Muhammadiyah antara lain pendirian pos koordinasi dan pos layanan PDB sesuai tingkat bencana serta pengelolaan pusat data dan informasi, penyelenggaraan layanan medis, layanan pencarian dan penyelamatan (SAR), pendampingan psikososial bagi kelompok rentan seperti anak dan remaja, ibu hamil dan menyusui, lansia, serta penyandang disabilitas melalui program shelter kelompok rentan dan shelter laktasi, penyediaan dapur umum dengan memperhatikan kebutuhan kelompok rentan, penyelenggaraan fasilitas ibadah berupa tenda musala yang dilengkapi perlengkapan ibadah, sanitasi, serta pendampingan keagamaan, hingga layanan pendidikan darurat dan psikososial”
Hari kedua diklat fokus pada aspek praktis dan teknis. Materi yang disampaikan meliputi experiential learning, pemahaman piramida intervensi, dan penanganan kelompok berisiko. Peserta juga belajar penyusunan laporan harian dan Situation Report (SITREP), serta perancangan program intervensi psikososial.
Keterampilan teknis relawan psikososial juga diasah melalui berbagai kegiatan. Ini termasuk belajar mendongeng, menyusun program psikososial, praktik dan simulasi program intervensi psikososial, serta refleksi dan koordinasi persiapan keberangkatan.
Diharapkan, para relawan senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan, dan keselamatan dalam menjalankan tugas kemanusiaan. Dengan demikian, para penyintas dapat memperoleh pemulihan, ketenangan, dan harapan untuk bangkit menata kembali kehidupan mereka.






