Kelompok separatis Dewan Transisi Selatan (STC) di Yaman menegaskan penolakan mereka untuk mundur dari wilayah yang dikuasai. Sikap ini disampaikan beberapa jam setelah koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara yang menargetkan dugaan pengiriman senjata di pelabuhan yang berada di bawah kendali STC pada Selasa (30/12/2025).
“Tidak ada pemikiran tentang mundur. Tidak masuk akal bagi pemilik tanah untuk diminta meninggalkan tanahnya sendiri. Situasi ini mengharuskan untuk tetap tinggal dan memperkuat,” kata Anwar Al-Tamimi, juru bicara STC, seperti dilansir AFP pada Selasa (30/12/2025).
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Al-Tamimi menambahkan bahwa pihaknya berada dalam posisi bertahan dan akan memberikan timbal balik jika ada serangan terhadap pasukan mereka. Ia juga menyebut Arab Saudi telah mengerahkan sekitar 20.000 pasukan keamanan di sepanjang perbatasan yang berdekatan dengan posisi yang dikuasai STC.
Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok separatis yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) ini telah meraih kemajuan teritorial signifikan dalam serangan kilat. Keberhasilan ini, menurut para ahli, telah mempermalukan Arab Saudi sebagai pendukung utama pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Pada hari yang sama, Arab Saudi menyatakan kemajuan STC di Yaman sebagai ancaman terhadap keamanan kerajaan. Pernyataan ini diikuti dengan serangan udara yang menargetkan dugaan pengiriman senjata ke pelabuhan yang dikuasai STC.
Namun, juru bicara STC membantah bahwa peralatan tempur yang menjadi sasaran serangan tersebut adalah milik mereka. “Kendaraan-kendaraan itu milik pasukan Emirat di Yaman sebagai bagian dari Koalisi Arab dan aliansi kontra-terorisme,” jelas Tamimi kepada AFP.
Sebelumnya, Koalisi pimpinan Arab Saudi membombardir kota pelabuhan Mukalla di Yaman. Serangan ini dilakukan setelah dua kapal yang diduga membawa muatan senjata tiba dari Pelabuhan Fujairah, Uni Emirat Arab (UEA).
Juru bicara Pasukan Koalisi pimpinan Saudi, Brigjen Turki al-Maliki, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya pada Selasa (30/12), mengatakan bahwa awak kedua kapal tersebut kedapatan menonaktifkan sistem pelacakan dan menurunkan sejumlah besar senjata serta kendaraan tempur di pelabuhan Mukalla. Persenjataan dan kendaraan tempur itu, menurut Al-Maliki, dimaksudkan untuk mendukung para petempur STC di area Hadramout dan al-Mahrah di Yaman yang dilanda konflik berkepanjangan.






