Siswa-siswi Sekolah Rakyat menunjukkan kemampuan luar biasa dalam berpidato menggunakan tiga bahasa asing—Arab, Jepang, dan Inggris—pada acara Doa untuk Sumatra yang digelar di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur, Senin (29/12/2025). Aksi ini menjadi sorotan utama, melambangkan empati mendalam terhadap korban bencana di Sumatra sekaligus cerminan keberhasilan pendidikan karakter.
Royyal Al Mala, siswa dari Sekolah Rakyat Terpadu (SRT) 47 Malang, menyampaikan pidato dalam Bahasa Arab. Ia secara khusus menekankan pesan empati dan solidaritas bagi anak-anak yang terdampak bencana di Sumatra.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
“Untuk sahabat-sahabat kami di Sumatra, doa kami bersama kalian, dan empati kami bersama kalian. Kami belajar hari ini, juga atas nama kalian,” ujar Royyal dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (30/12/2025).
Selanjutnya, Riski Aulia dari SRMP 7 Probolinggo berpidato dalam Bahasa Jepang. Ia menyerukan semangat belajar kepada seluruh anak-anak di Tanah Air.
“Kesshite manabu koto o yamenaide kudasai. Manabi wa unmei o kaeru michi de ari, Indoneshia o kizuku michi demo arimasu. (Jangan pernah berhenti belajar. Karena belajar adalah jalan untuk mengubah nasib, dan jalan membangun Indonesia),” kata Riski, menginspirasi hadirin.
Rendra Ikwal Putra, siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 21 Surabaya, menutup sesi pidato dengan Bahasa Inggris. Rendra menegaskan bahwa siswa dari keluarga kurang mampu juga memiliki harapan dan kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.
“We learn together, we grow as equals. We look to the future with hope. Thank you, Mr. President,” ucap Rendra penuh keyakinan.
Prof. Mohammad Nuh, Ketua Formatur Sekolah Rakyat, menjelaskan bahwa kemampuan siswa dalam berbahasa asing merupakan implementasi dari prinsip trilogi Sekolah Rakyat. Prinsip tersebut meliputi memuliakan kaum cilik, menjangkau yang tidak terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin.
“Tadinya tidak mungkin, melalui Sekolah Rakyat kita buat mungkin. Mulai dari yang baris-berbaris, termasuk pidato bahasa Inggris yang pengucapannya sangat benar. Tadinya barangkali tidak mungkin. Anak-anak tadi itu bisa berbahasa Jepang, Inggris dan Arab. Tadinya tidak punya keyakinan diri, (akhirnya) keyakinannya tumbuh. Maka itulah salah satu di antara tujuan Sekolah Rakyat,” papar Nuh.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, menambahkan bahwa pendampingan terhadap siswa Sekolah Rakyat akan dilakukan secara berkelanjutan. Tujuannya agar mereka mampu meraih cita-cita, baik melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun bekerja sesuai bakat dan minat, di dalam atau luar negeri.
“Alhamdulillah anak-anak Sekolah Rakyat ini dengan belajar, ada yang bisa bahasa Arab, Inggris dan Jepang serta Mandarin. Semuanya nanti akan dibimbing supaya bisa menjadi pekerja yang terampil. Intinya SMA Sekolah Rakyat nanti kalau sudah lulus diharapkan mendapat pekerjaan yang tepat. Sehingga bisa jadi agen perubahan untuk keluarga dan lingkungannya,” jelas Gus Ipul.
Acara Doa untuk Sumatra ini dihadiri oleh 898 siswa Sekolah Rakyat bersama 849 orang tua. Turut hadir pula 13 kepala Sekolah Rakyat serta 331 guru dan tenaga kependidikan, menjadikan total peserta mencapai 2.091 orang.
Para peserta berasal dari 12 Sekolah Rakyat yang tersebar di Jawa Timur, antara lain SRMP 28 Pasuruan, SRT 3 Pasuruan, SRT 48 Pasuruan, SRMA 21 Surabaya, SRT 47 Malang, SRMP 16 Malang, SRMA 22 Malang, SRMP 14 Batu, SRMP 15 Mojokerto, SRT 51 Bangkalan, SRT 8 Jombang, SRMA 37 Gresik, serta SRT 7 Kota Probolinggo.
Sejumlah tokoh penting juga turut hadir dalam acara tersebut, termasuk Plt. Asisten I Provinsi Jawa Timur Imam Hidayat yang mewakili Gubernur Jawa Timur, Wakil Rektor Unesa, Penasihat I Dharma Wanita Kemensos Fatma Saifullah Yusuf, serta pejabat tinggi pratama dan madya Kementerian Sosial RI. Hadir pula Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo, serta sejumlah kepala daerah dan kepala dinas sosial se-Jawa Timur.






