Internasional

Setahun Tragedi Jeju Air: Keluarga Korban Terus Menuntut Pertanggungjawaban di Tengah Penyelidikan yang Tertunda

Ribuan keluarga dan kerabat korban kecelakaan pesawat Jeju Air berkumpul di Muan, Korea Selatan, pada Senin (29/12/2025) untuk memperingati satu tahun tragedi mematikan tersebut. Kecelakaan yang terjadi pada 29 Desember 2024 itu tercatat sebagai bencana penerbangan paling fatal di Korea Selatan, merenggut nyawa 179 dari 181 orang di dalam pesawat.

Dalam upacara peringatan yang penuh haru, para pelayat meletakkan bunga di altar memorial. Altar tersebut dihiasi kartu-kartu berbentuk boarding pass yang bertuliskan nama-nama para korban, menjadi simbol penghormatan sekaligus seruan agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang. Di tengah duka yang mendalam, keluarga korban kembali menyuarakan tuntutan akan pertanggungjawaban atas kecelakaan tersebut.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

“Sampai sekarang belum ada yang menerima hukuman yang layak, hanya dakwaan. Saya berharap penyelidikan dilakukan secara menyeluruh agar pihak yang pantas dihukum benar-benar dimintai pertanggungjawaban,” ujar Ryu Kum-Ji (42), yang kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan itu, seperti dikutip dari laporan Reuters.

Usai upacara, keluarga korban melanjutkan perjalanan ke tanggul yang rusak di ujung landasan pacu Bandara Internasional Muan, lokasi pesawat Jeju Air menabrak saat melakukan pendaratan darurat. Mereka menelusuri bagian-bagian beton yang hancur, mengucapkan perpisahan dengan linangan air mata, serta meletakkan kue ulang tahun bagi beberapa korban yang berulang tahun pada bulan ini. Sejumlah surat juga dibakar di lokasi, dengan harapan pesan tersebut sampai kepada para korban, demikian dilaporkan Yonhap News.

Penyelidikan yang Tertunda dan Tuntutan Kejelasan

Kunjungan emosional ini berlangsung di tengah kekecewaan keluarga yang masih menanti kejelasan penyebab kecelakaan. Hingga kini, Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api yang dipimpin pemerintah belum merilis laporan akhir. Penundaan temuan ini telah terjadi beberapa kali, memicu keraguan di kalangan keluarga dan publik atas kredibilitas proses penyelidikan.

Dalam laporan pendahuluan yang dirilis Januari lalu, penyelidik menyebutkan bahwa kedua mesin pesawat mengalami benturan burung. Laporan tersebut juga mengungkap bahwa mesin kiri pesawat dimatikan sebelum upaya pendaratan darurat dilakukan. Namun, minimnya data akibat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit yang berhenti merekam pada detik-detik terakhir tragedi, menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Sejumlah anggota keluarga menilai bahwa penyelidikan terlalu menitikberatkan pada dugaan kesalahan pilot. Mereka merasa bahwa faktor-faktor lain, seperti standar keselamatan, desain landasan pacu, serta konstruksi tanggul, belum sepenuhnya dikaji. Para ahli penerbangan mengingatkan bahwa kecelakaan udara umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor dan menekankan pentingnya penyelidikan yang komprehensif sebelum menarik kesimpulan akhir.

Mureks