Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/12/2025), menjelang libur perayaan Natal. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah terapresiasi 0,09% ke level Rp16.750 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini.
Penguatan ini terjadi setelah pada perdagangan sebelumnya rupiah ditutup stagnan di posisi Rp16.765 per dolar AS. Sejalan dengan pergerakan rupiah, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, melanjutkan tren pelemahan.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Pada pukul 09.00 WIB, DXY terkoreksi 0,17% ke level 97,775. Pelemahan ini menyusul tekanan yang lebih dalam pada perdagangan sebelumnya, ketika DXY turun 0,35% dan bertengger di kisaran 97,942. Tekanan terhadap greenback terlihat konsisten dalam tiga hari perdagangan terakhir, mencerminkan berkurangnya minat investor terhadap aset berdenominasi dolar.
Pelemahan dolar AS terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi pasar terhadap lanjutan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada tahun depan. Meskipun data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih tumbuh solid, sentimen pasar tetap condong pada prospek penurunan suku bunga seiring dengan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS.
Data produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal terakhir tercatat tumbuh 4,3% secara tahunan, melampaui ekspektasi pasar sebesar 3,3%. Namun, data tersebut belum mampu mengangkat dolar. Pelaku pasar menilai fokus The Fed ke depan akan bergeser pada menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas tenaga kerja.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang sekitar 87% bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan akhir Januari mendatang. Sementara itu, kontrak berjangka suku bunga AS mengindikasikan pemangkasan suku bunga berikutnya baru berpotensi terjadi pada Juni, dengan ekspektasi dua kali penurunan masing-masing 25 basis poin sepanjang 2026.
Kondisi tersebut mendorong investor mulai melakukan rotasi portofolio, keluar dari aset berdenominasi dolar AS dan beralih ke aset berisiko, termasuk pasar negara berkembang (emerging markets). Aliran dana ini membuka ruang bagi rupiah untuk menguat pada perdagangan hari ini.






