Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya membuka akses lapangan kerja bagi penyandang disabilitas. Melalui tujuh pusat pelatihan kerja daerah, mereka kini difasilitasi untuk menjadi content creator hingga barista profesional.
Pelatihan Keterampilan Gratis
Kepala Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta, Syarifudin, mengungkapkan bahwa penyediaan pusat pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen Pemprov DKI untuk menciptakan kesetaraan kesempatan kerja. “Kami memiliki 7 pusat pelatihan kerja daerah, dan di sana, dari beberapa pusat pelatihan tersebut, sudah memiliki pelatihan untuk rekan-rekan disabilitas,” kata Syarifudin dalam acara ‘Jakarta Employment Forum For The Blind 2025’ yang diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Netra di Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2025).
Ia menambahkan, pelatihan yang diberikan mencakup berbagai bidang keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini. “Mereka mendapat pelatihan, salah satunya mungkin content creator, digital marketing, pelatihan barista dan lain sebagainya. Dan ini semuanya diberikan oleh Pemprov DKI Jakarta, secara gratis, untuk masyarakat di DKI Jakarta,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan dapat memberdayakan penyandang disabilitas menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan mandiri.
Mendorong Budaya Kerja Inklusif
Selain memfasilitasi pelatihan, Syarifudin juga aktif melobi berbagai perusahaan agar menerapkan budaya kerja yang inklusif. Upaya ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang mewajibkan pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, dan BUMD untuk mempekerjakan minimal 2% penyandang disabilitas dari total jumlah pekerja.
Pengurus Yayasan Mitra Netra, M. Ahyar, menyambut baik inisiatif Pemprov DKI Jakarta. Ia menekankan bahwa penyandang disabilitas, khususnya tunanetra, memiliki potensi besar untuk bekerja secara inklusif apabila diberikan pendidikan, pelatihan, dan kesempatan yang memadai.
“Kini tunanetra bekerja sebagai telemarketer, sebagai staf call center, staf administrasi, content writer, bahkan sebagai programmer maupun web developer,” tutur Ahyar, mencontohkan keberhasilan tunanetra yang telah terserap di berbagai sektor industri.
Ahyar berharap agar ke depannya tercipta sistem rekrutmen kerja yang lebih inklusif bagi seluruh ragam disabilitas di Indonesia, serta mengajak perusahaan pemberi kerja untuk lebih terbuka dalam merekrut mereka.





