Internasional

Pemerintah Dorong Work From Mall, APPBI Sebut Kunjungan Naik tapi Penjualan Tak Signifikan

Program Work From Mall (WFM) yang tengah digagas pemerintah dinilai mampu meningkatkan aktivitas kunjungan ke pusat perbelanjaan, namun dampaknya terhadap peningkatan penjualan bagi pelaku ritel tidak akan terlalu besar. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memperkirakan program ini dapat mendorong kunjungan hingga 10-15%, terutama menjelang akhir tahun.

Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, menjelaskan bahwa tujuan utama program WFM adalah untuk menjaga konsumsi masyarakat di penghujung tahun. “Tujuan utama program Work From Mall adalah dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terutama menjelang akhir tahun untuk menjaga ataupun bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebelum tutup tahun 2025,” ujar Alphonzus kepada CNBC Indonesia, Rabu (31/12/2025).

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Meski demikian, Alphonzus menilai implementasi WFM memiliki keterbatasan. Tidak semua perusahaan dapat menerapkan skema kerja tersebut, sehingga efeknya terhadap penjualan dan kunjungan mal tidak akan signifikan. “Program Work From Mall (WFM) akan berdampak terhadap tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan dan juga penjualan beberapa kategori produk. Namun, tidak akan signifikan mengingat tidak semua juga perusahaan dapat menerapkan WFM,” katanya.

Program WFM sendiri sebelumnya diperkenalkan pemerintah sebagai pengembangan dari kebijakan Work From Anywhere (WFA). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut WFM dirancang untuk menciptakan momentum pergerakan ekonomi, seiring libur anak sekolah dan berbagai program belanja nasional.

“Jadi, itulah yang didorong, agar terjadi pertumbuhan ekonomi, belanja masyarakat bisa meningkat. Hampir di semua mal itu rame dan mudah-mudahan acara ini bisa berjalan dengan lancar dan akan mendorong kegiatan ekonomi,” ujar Airlangga saat meninjau kesiapan implementasi WFM di Mal Pondok Indah beberapa waktu lalu.

Melalui konsep tersebut, pemerintah mendorong pemanfaatan pusat perbelanjaan sebagai ruang kerja alternatif yang mendukung ekonomi digital dan gig economy. Menurut Airlangga, program WFM akan dikembangkan secara bertahap di sejumlah provinsi dengan dukungan pemerintah daerah dan perusahaan teknologi.

“Program ini akan dikembangkan secara bertahap di sejumlah provinsi dengan dukungan Pemerintah Daerah serta perusahaan teknologi, memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia seperti konektivitas internet, sumber daya listrik, dan layanan penunjang lainnya,” ucap dia.

Airlangga juga menekankan bahwa konsep WFM sejalan dengan kebutuhan pekerja di sektor gig economy yang mengandalkan fleksibilitas kerja. Pemerintah, kata Airlangga, bahkan telah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait penguatan ekosistem tersebut. “Ini disiapkan anggaran oleh Pemda DKI, kita akan kerja di 15 provinsi dan akan didukung perusahaan di bidang IT,” ujarnya.

Menurut Airlangga, pusat perbelanjaan dinilai memiliki fasilitas yang dibutuhkan pekerja digital dan lepas, mulai dari jaringan internet hingga ruang kerja yang nyaman. “Semua itu tersedia di mal,” tuturnya. Dengan demikian, meskipun WFM berpotensi menambah keramaian pusat perbelanjaan, pelaku industri menilai program ini lebih bersifat sebagai penopang tambahan, bukan faktor utama dalam mendongkrak daya beli masyarakat.

Mureks