Tahun 2025 menjadi periode yang luar biasa bagi perkembangan teknologi, khususnya di industri kamera. Sebagai seorang penguji kamera profesional, Nikita Achanta memiliki kesempatan langka untuk menjajal berbagai model terbaik di pasaran. Namun, di antara puluhan kamera yang ia ulas, hanya satu yang berhasil membuatnya merogoh kocek pribadi: Fujifilm X-T50.
Kamera mirrorless ini, yang pertama kali ia uji pada Mei 2024, langsung meninggalkan kesan mendalam. Achanta menggambarkannya sebagai kamera yang “cantik, ringkas, premium, dan mampu menghasilkan foto luar biasa.” Setahun kemudian, ia memutuskan untuk membelinya sendiri.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Spesifikasi Mumpuni dan Fitur Inovatif
Fujifilm X-T50 hadir sebagai penerus dan peningkatan dari X-T30 II, menawarkan spesifikasi mumpuni. Kamera ini dibekali sensor 40.2MP yang besar, stabilisasi gambar dalam bodi (IBIS) yang sangat baik, serta sistem fokus otomatis (autofocus) yang dapat diandalkan.
Namun, daya tarik utamanya terletak pada fitur baru yang inovatif: dial simulasi film. Fitur ini memungkinkan pengguna mengakses berbagai ‘resep’ atau filter warna khas Fujifilm secara cepat, membuka ruang kreativitas maksimal.
Achanta mengungkapkan bahwa X-T50 telah menggantikan kamera DSLR lamanya, Nikon D5100, dan ia tidak pernah menyesal. “Saya jarang bepergian tanpanya, dan saya telah mengambil foto serta video indah di Inggris dan – tunggu dulu – Islandia,” ujarnya. Ia menambahkan, “Ini telah menjadi teman setia saya, dan ini adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat.” Baginya, X-T50 adalah pemenang sejati.
Pilihan di Antara Kompetitor
Fujifilm sendiri merilis beberapa kamera hebat tahun ini, seperti X-E5, GFX100RF, dan X-T30 III. Achanta sempat mempertimbangkan X-E5, bahkan telah memasukkannya ke keranjang belanja. Namun, setelah membandingkan spesifikasi secara mendalam, ia kembali memilih X-T50 yang berusia satu tahun.
Menurutnya, X-T50 adalah kamera yang sempurna untuk kebutuhannya. Dengan dimensi ringkas 4.87 x 3.3 x 1.92 inci dan bobot hanya 15.45 ons, kamera ini sangat mudah dibawa. Meskipun grip-nya tidak terlalu menonjol, bentuk dan ukurannya ideal untuk tangannya yang berukuran sedang.
Kualitas Gambar dan Fleksibilitas
Dial simulasi film menjadi alasan lain mengapa X-T50 begitu disukai Achanta. “Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa itu tidak perlu dan memakan ruang di pelat atas, tetapi saya pikir itu adalah anugerah,” katanya. Ia sangat menyukai ilmu warna dan resep film Fujifilm, serta kemampuan untuk langsung beralih di antara keduanya sesuai suasana yang diinginkan. Fitur ini juga memungkinkan pengguna menyesuaikan dan memuat resep film sendiri, membantu menjaga konsistensi tampilan foto.
Tentu saja, kualitas gambar adalah faktor krusial. X-T50 unggul dalam menghasilkan foto yang luar biasa, dengan file JPEG yang dapat langsung digunakan atau hanya memerlukan sedikit pengeditan. Kamera ini menggunakan prosesor gambar X-Processor 5 terbaru dari Fuji dan sensor APS-C 40.2MP, memungkinkan penangkapan detail yang kaya dan kemampuan cropping ekstrem.
Pengalaman Achanta di Islandia menjadi bukti nyata. “Saya tidak menyadari betapa saya mencintai X-T50 sampai saya menggunakannya untuk memotret perjalanan saya ke Islandia (negara itu, bukan jaringan supermarket Inggris),” ungkapnya. “Memotret negara terindah di dunia dengan X-T50 membuat saya menyadari satu hal: kamera ini adalah jack of all trades (serbabisa).”
Video Mumpuni dan Sedikit Kekurangan
Tidak hanya untuk foto, X-T50 juga sangat mumpuni dalam merekam video 6.2K/30fps. Rekaman video tetap stabil berkat stabilisasi gambar dalam bodi 5-axis (7 stop). Resep simulasi film juga dapat diterapkan pada video, dan fokus otomatis tetap terkunci pada subjek, bahkan saat kamera bergerak.
Meskipun demikian, Achanta mengakui bahwa X-T50 tidaklah sempurna. “Tidak ada kamera yang sempurna,” katanya. Kamera ini tidak memiliki ketahanan terhadap cuaca (weather-sealed), sehingga tidak bisa digunakan saat hujan deras. Daya tahan baterai, berdasarkan peringkat CIPA, mungkin tidak yang terbaik (305 jepretan), namun dalam penggunaan nyata, baterai mampu bertahan cukup lama. Harganya juga tergolong mahal, sekitar $1.599 untuk bodi saja.
Cinta pada Ketidaksempurnaan
Namun, bagi Achanta, kesempurnaan bukanlah syarat untuk jatuh cinta. “Sebuah benda tidak perlu sempurna agar Anda jatuh cinta padanya, dan itulah yang terjadi pada saya dan X-T50,” tuturnya. Ia telah menguji setidaknya 50 kamera sejak pertama kali memegang X-T50, namun keyakinannya tidak goyah.
“Subjek favorit saya untuk difoto adalah burung, hewan, dan pasangan saya, dan X-T50 siap menghadapi tantangan itu,” jelasnya. Meskipun ia mungkin menginginkan Sony A1 II atau Canon EOS R5 Mark II untuk fotografi satwa liar yang lebih profesional, ia menyadari bahwa ia bukan fotografer profesional dan tidak memiliki dana besar untuk kamera pro-level. “Semua faktor ini digabungkan membawa saya ke X-T50, dan ini adalah kamera mirrorless terbaik bagi fotografer kasual seperti saya,” pungkas Achanta.






