Lifestyle

MUI Tegaskan Perayaan Tahun Baru Tak Bersyariat, Imbau Muslim Isi dengan Muhasabah dan Introspeksi Diri

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Muslim untuk mengisi perayaan pergantian tahun baru dengan muhasabah atau introspeksi diri, alih-alih euforia berlebihan. Sikap ini dinilai sebagai cara bijak dalam menyambut tahun baru tanpa melampaui batas syariat.

Anggota Komisi Fatwa MUI, KH Zia Ul Haramein, menjelaskan bahwa perayaan tahun baru sebetulnya tidak memiliki dasar dalam syariat Islam. Oleh karena itu, umat Islam tidak dianjurkan menjadikannya sebagai agenda perayaan khusus.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

“Merayakan tahun baru itu tidak ada syariatnya. Secara hukum, ia masuk dalam kategori mubah,” kata Kiai Zia, dikutip dari situs resmi MUI pada Rabu (30/12/2025).

Kiai Zia, sapaan akrabnya, mengingatkan bahwa sesuatu yang hukumnya mubah dapat berubah menjadi haram apabila di dalamnya terdapat unsur yang dilarang agama, seperti israf atau sikap berlebihan.

“Sesuatu yang mubah akan menjadi haram ketika di dalamnya ada israf, seperti menghambur-hamburkan harta, tenaga, dan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat,” sambungnya.

Secara tegas, Islam telah melarang sikap berlebihan. Nabi Muhammad SAW bahkan menekankan bahwa tanda baiknya keislaman seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan perkara yang tidak memberikan manfaat bagi dirinya.

Meski demikian, Kiai Zia menegaskan bahwa Islam tidak melarang umatnya melakukan aktivitas apa pun selama berada dalam koridor syariat dan tidak melanggar nilai-nilai agama.

“Kalau sebatas berkumpul dengan keluarga, makan bersama, atau berbagi dengan anak yatim dan kaum dhuafa itu diperbolehkan. Bahkan itu termasuk kebaikan,” ujarnya.

Menurut penuturan Kiai Zia, malam pergantian tahun justru dapat menjadi momentum untuk peningkatan iman jika diisi dengan muhasabah, evaluasi diri, dan kontribusi sosial yang nyata.

“Isi malam itu dengan introspeksi, perencanaan amal saleh, memberi makan, mengajak pada kesantunan, dan kepedulian sosial,” ungkapnya.

Kiai Zia juga menekankan bahwa berkumpul bersama keluarga jauh lebih bermanfaat dibandingkan mengikuti keramaian di ruang publik yang sering kali berujung pada pemborosan dan hal-hal yang tidak produktif.

“Daripada keluar ke tempat-tempat keramaian, lebih baik berkumpul dengan keluarga. Itu lebih menenangkan dan lebih bermakna,” tuturnya.

Terkait cara menyikapi lingkungan atau anggota keluarga yang masih merayakan tahun baru secara berlebihan, Kiai Zia mengimbau umat Muslim untuk bersikap bijak dan persuasif.

“Nasihati dengan pelan-pelan, jangan frontal. Sikap ekstrem justru bisa kontraproduktif dan tidak membawa manfaat,” terangnya.

Kiai Zia menegaskan bahwa pergantian tahun pada hakikatnya tidak berbeda dengan hari-hari lainnya. Perbedaannya terletak pada bagaimana manusia memaknai serta mengisinya.

“Muhasabah jauh lebih baik daripada berhura-hura. Kalau tidak ada hal bermanfaat yang dilakukan, tidur pun lebih baik daripada melakukan hal yang sia-sia,” tandasnya.

Mureks