Selasa, 23 Desember 2025, pasar saham kembali menyoroti fenomena musiman yang kerap dinanti investor menjelang pergantian tahun: “January Effect”. Istilah ini merujuk pada kecenderungan pasar saham untuk mengalami penguatan signifikan selama bulan Januari, memberikan potensi keuntungan bagi para pelaku pasar.
Apa Itu January Effect?
Secara sederhana, January Effect adalah pola historis di mana harga saham, terutama saham-saham berkapitalisasi kecil, cenderung naik pada awal tahun. Fenomena ini pertama kali diamati dan didokumentasikan oleh bankir investasi Sidney B. Wachtel pada tahun 1942.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Para analis saham umumnya mengaitkan reli Januari dengan beberapa faktor. Salah satunya adalah kembalinya investor memborong saham setelah melakukan “bersih-bersih” portofolio atau tax-loss harvesting pada akhir tahun sebelumnya. Selain itu, investor juga kerap menggunakan bonus akhir tahun dan kas yang menumpuk untuk kembali masuk ke pasar pada bulan Januari.
Strategi Memanfaatkan January Effect
Melansir Forbes, memanfaatkan momentum January Effect bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, bagi investor yang berencana menambah saham perusahaan kecil ke portofolionya, terutama yang berkinerja kurang baik sepanjang tahun sebelumnya, strategi membeli saham tersebut pada akhir Desember dapat menjadi pilihan yang lebih menguntungkan.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa January Effect tidak terjadi secara konsisten setiap tahun. Dampaknya pun relatif kecil, dengan rata-rata keuntungan sekitar 2%. Keuntungan ini bahkan bisa hilang jika investor terlalu banyak melakukan transaksi jual beli.






