Di tengah puing-puing dan ketidakpastian pascabencana, secercah harapan hadir bagi anak-anak di tenda pengungsian Aceh. Bukan melalui bantuan logistik semata, melainkan lewat sebuah gerakan literasi adaptif bernama Mobil SAHABAT, yang berupaya menghidupkan kembali semangat belajar dan keceriaan di hati 1.260 anak terdampak.
Program ini diinisiasi oleh Universitas Syiah Kuala (USK) dan mendapat dukungan penuh dari Perpustakaan Nasional RI. Mobil SAHABAT dirancang sebagai solusi literasi darurat, memadukan pendidikan, dukungan psikososial, dan distribusi buku melalui pendekatan mobilisasi yang fleksibel.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Menjangkau Pengungsian dengan Mobil Biasa
Dr. Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si., FRSPH, Ketua Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Tanggap Darurat Bencana USK, menjelaskan esensi kegiatan ini. Melalui rilis medianya, ia menyatakan, “kegiatan ini diinisiasi oleh Universitas Syiah Kuala (USK) dan didukung oleh Perpustakaan Nasional RI, membawa harapan melalui buku, pembelajaran darurat, dan dukungan psikososial ke tenda-tenda pengungsian di Aceh.”
Tim relawan Mobil SAHABAT tidak menggunakan kendaraan perpustakaan keliling yang dimodifikasi secara khusus. Sebaliknya, mereka memanfaatkan mobil pribadi, menyusun buku-buku di bagasi, lalu menjelajah dari satu desa ke desa lain. Pendekatan ini memungkinkan mereka menghadirkan ruang belajar yang aman, menyenangkan, dan penuh makna bagi ribuan anak yang kehilangan akses pendidikan formal akibat bencana.
Konsep Mobil SAHABAT sendiri merupakan pengembangan dari program Pembelajaran Darurat dan Dukungan Psikososial yang sebelumnya dilaksanakan secara menetap. Dengan strategi mobilisasi, jangkauan layanan kini menjadi lebih luas dan dapat menjangkau lebih banyak lokasi secara bergilir, memastikan bantuan literasi tidak terpusat di satu titik saja.
Empat Pilar Layanan Terintegrasi
USK mengintegrasikan empat kegiatan utama dalam satu rangkaian layanan komprehensif. Ini meliputi pembelajaran darurat, dukungan psikososial, distribusi makanan bergizi, dan layanan pustaka keliling. Anak-anak tidak hanya diajak untuk kembali belajar, tetapi juga diberikan ruang aman untuk memulihkan diri secara emosional dari trauma bencana. Literasi, dalam konteks ini, menjadi bagian tak terpisahkan dari proses penyembuhan dan pembangunan ketahanan diri mereka pascabencana.
Dr. Rina Suryani Oktari menambahkan detail mengenai frekuensi kunjungan. “Setiap titik posko direncanakan akan mendapat dua kali kunjungan dalam seminggu, dengan rotasi pagi dan sore di lokasi berbeda. Dengan cara ini, distribusi layanan menjadi lebih merata dan berkesinambungan,” ujarnya.
Peran Vital Perpustakaan Nasional RI dan Kemdiktisaintek
Perpustakaan Nasional RI memainkan peran krusial dalam program ini dengan menyediakan bahan bacaan yang relevan dan ramah anak. Melalui Pusat Pengembangan Perpustakaan/Madrasah dan Perguruan Tinggi (P3SMPT), koleksi buku yang telah dikurasi dikirimkan untuk memperkaya konten literasi Mobil SAHABAT.
Dr. Taufiq A. Gani, S.Kom., M.Eng.Sc., selaku Kepala P3SMPT Perpusnas RI, menegaskan pentingnya inisiatif ini. Ia menekankan, “pentingnya memastikan bahan bacaan tetap hadir bahkan di tengah krisis.” Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen untuk menjaga akses literasi tetap terbuka, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun.
Program Mobil SAHABAT ini merupakan bagian dari skema PKM Tanggap Darurat yang dilaksanakan oleh USK dan didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Judul lengkap program ini adalah “Program SAHABAT: Pendidikan Darurat, Kesiapsiagaan, Pendampingan Psikososial, dan Logistik Bergizi bagi Anak di Wilayah Terdampak Siklon Tropis Senyar Tahun 2025 di Provinsi Aceh.” Selain dari Perpusnas, buku-buku yang digunakan juga berasal dari koleksi Satgas Senyar, TDMRC, dan Universitas Syiah Kuala.
Kehadiran Mobil SAHABAT membuktikan bahwa literasi jauh melampaui sekadar membaca buku. Ia adalah ruang aman, tempat untuk pulih, dan jembatan harapan yang kokoh, bahkan ketika segalanya tampak runtuh di sekeliling anak-anak korban bencana.






