Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto, menargetkan pertumbuhan ekonomi pesat di wilayah Indonesia Timur. Upaya ini diharapkan dapat memperkecil kesenjangan ekonomi dan diwujudkan melalui Program Teknologi Kampung Terpadu (TEKAD) yang telah berjalan sejak tahun 2020 dan akan berlanjut hingga Desember 2026.
Yandri Susanto menegaskan bahwa program ini berfokus pada peningkatan skala ekonomi di tingkat rumah tangga maupun perusahaan desa. “Kita menargetkan dari Program TEKAD ini ada peningkatan ekonomi baik skalanya rumah tangga atau perusahaan seperti BUMDesa,” ujar Yandri dalam keterangannya pada Senin, 22 Desember 2025.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Pernyataan tersebut disampaikan Mendes Yandri saat membuka Workshop Nasional Evaluasi Program TEKAD 2025 di Vasa Hotel Surabaya, Minggu (21/12). Salah satu fokus utama dalam waktu dekat adalah peningkatan produksi dan ekspor Kopi Bajawa dari daerah Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Targetnya cukup ambisius, yakni meningkatkan volume ekspor dari 5 ton menjadi 10 ton.
Selain Kopi Bajawa, pengembangan ekonomi di desa-desa sasaran Program TEKAD di sembilan provinsi juga disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing. Baik sektor pariwisata maupun hasil bumi setiap desa menjadi penentu arah gerak pertumbuhan ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mendes Yandri menekankan pentingnya pendekatan yang tidak seragam. “Inti pokoknya kita tidak menyeragamkan semua desa satu produk enggak. Tapi kita utamakan sesuai potensi desa itu menjadi keunggulan mereka,” tegasnya.
Sembilan provinsi yang menjadi lokasi sasaran Program TEKAD meliputi NTT, Maluku, Maluku Utara (Malut), Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Tengah.
Dalam menjalankan program ini, Kementerian Desa PDT tidak bekerja sendiri. Mereka berkolaborasi erat dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD), didukung oleh fasilitator TEKAD, dan partisipasi aktif masyarakat setempat. Berbagai bentuk bantuan telah disalurkan untuk mendukung pengembangan ekonomi desa.
- Demplot: Diberikan kepada 366 desa dan kampung sasaran, masing-masing senilai Rp 100 juta.
- Rumah Inovasi Teknologi Desa (RITD): Dibangun di 50 Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dengan total nilai Rp 20 miliar.
- Investment Fund: Disalurkan ke 18 BUMDesa, masing-masing menerima bantuan Rp 350 juta.
- Pelatihan: Berbagai pelatihan juga diselenggarakan sesuai kesepakatan antara Pemerintah RI dan IFAD.
Keberlangsungan dan efektivitas program serta seluruh pihak yang terlibat dievaluasi setiap tahun. Evaluasi terbaru dihadiri oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekonomi Inklusif (Dirjen PEI) Tabrani dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Agustomi Masik.
Sebelumnya, telah dilaksanakan sidang pleno yang membahas capaian kinerja komponen terkait pemberdayaan ekonomi desa dan kemitraan untuk pengembangan ekonomi desa. Sidang tersebut juga berfokus pada tata kelola organisasi dan inovasi, pembelajaran, serta pengembangan kebijakan.






