Sebuah ledakan mengguncang Masjid Imam Ali bin Abi Talib di Kota Homs, Suriah, pada Jumat (26/12). Insiden tragis tersebut menewaskan delapan orang yang tengah melaksanakan salat Jumat, serta melukai 18 orang lainnya.
Kementerian Dalam Negeri Suriah melaporkan, ledakan terjadi di masjid yang berlokasi di Jalan Al-Khodari, wilayah Wadi Al-Dhahab, saat jemaah sedang berkumpul untuk salat Jumat siang.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Kesaksian Korban dan Investigasi Awal
Ghadi Maarouf (38), seorang penjual buku yang turut menjadi korban luka dalam peristiwa itu, menceritakan detik-detik mengerikan tersebut kepada AFP. Ia mengatakan, ledakan terjadi “sesaat sebelum imam hendak naik ke mimbar untuk menyampaikan khotbah.”
“Itu ledakan yang sangat besar, dan saya melihat pecahan peluru beterbangan di sekitar saya,” ujar Maarouf menggambarkan kengerian yang ia alami.
Kementerian Dalam Negeri Suriah segera memulai penyelidikan intensif. Pihak berwenang tengah mengumpulkan bukti-bukti untuk mengejar dalang di balik “ledakan teroris” ini dan memastikan mereka bertanggung jawab atas perbuatannya.
Kecaman Pemerintah Suriah dan Konteks Komunitas Alawite
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Suriah mengutuk keras insiden tersebut, menyebutnya sebagai “tindakan pengecut.” Kemlu menyatakan bahwa aksi ini merupakan “upaya putus asa” yang berulang kali dilakukan untuk merusak keamanan dan stabilitas, serta menebarkan kekacauan di tengah masyarakat. Mereka menegaskan akan meminta pertanggungjawaban terhadap para pelaku.
Insiden ini menambah daftar panjang serangan yang menargetkan komunitas Alawite di Suriah. Kota Homs, meskipun mayoritas penduduknya Sunni, juga menjadi rumah bagi komunitas Alawite di beberapa daerah. Alawite adalah komunitas Islam minoritas beraliran Syiah, yang anggotanya termasuk Presiden Bashar Al Assad.
Sejak rezim Bashar Al Assad digulingkan, Syrian Observatory for Human Rights dan penduduk Homs melaporkan banyak kasus penangkapan dan pembunuhan yang menargetkan anggota komunitas Alawite.
Kelompok Ekstremis Klaim Tanggung Jawab dan Kecaman Internasional
Kelompok ekstremis Saraya Ansar Al-Sunna telah mengklaim bertanggung jawab atas insiden ledakan ini. Dalam pernyataan yang mereka rilis melalui Telegram, kelompok tersebut mengaku “meledakkan sejumlah alat peledak” di Masjid Imam Ali bin Abi Talib.
Saraya Ansar Al-Sunna terbentuk setelah rezim Assad dilengserkan. Kelompok ini sebelumnya juga mengaku bertanggung jawab atas pemboman gereja pada Juni lalu, meskipun pihak berwenang saat itu mengaitkan serangan tersebut dengan ISIS.
Berbagai negara dan organisasi internasional turut mengecam serangan ini. Arab Saudi, Lebanon, Turki, dan Yordania telah menyampaikan kecaman keras. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut serangan ini “tidak bisa diterima” dan mendesak agar para pelaku diseret ke pengadilan.






