Internasional

Israel Resmi Akui Kemerdekaan Somaliland, Netanyahu: Sesuai Semangat Abraham Accords

Advertisement

Israel pada Jumat (26/12) secara resmi mengakui kemerdekaan Republik Somaliland, sebuah wilayah di Somalia yang telah memproklamasikan diri sebagai negara berdaulat. Keputusan ini menjadikan Israel sebagai negara pertama yang mengakui Somaliland sejak wilayah tersebut mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1991.

Langkah Israel ini menuai kecaman dari banyak negara yang tidak mengakui Somaliland. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pengakuan ini sejalan dengan inisiatif diplomatik sebelumnya.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

“Deklarasi ini sesuai dengan semangat Abraham Accords, yang ditandatangani atas inisiatif Presiden [Amerika Serikat Donald] Trump,” kata Netanyahu, seperti dikutip Reuters.

Netanyahu menambahkan bahwa Israel akan menjalin kerja sama dengan Somaliland di berbagai bidang, termasuk pertanian, kesehatan, teknologi, dan ekonomi. Ia juga menyampaikan selamat kepada Presiden Somaliland Abdirahman Mohamed Abdullahi atas kepemimpinannya dan mengundangnya untuk berkunjung ke Israel.

Profil Somaliland

Somaliland adalah wilayah semi-gurun yang membentang di sepanjang garis pantai Laut Merah Somalia. Wilayah ini memiliki luas sekitar 177.000 kilometer persegi dan dihuni oleh sekitar 5,7 juta jiwa, dengan ibu kota di Hargeisa.

Secara historis, Somaliland merupakan bekas protektorat Inggris yang sempat merdeka selama lima hari pada tahun 1960, sebelum akhirnya bersatu dengan Somalia. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kekuatan kolonial Eropa mendominasi Tanduk Afrika, sebuah wilayah yang mencakup Somalia, Etiopia, Eritrea, dan Djibouti.

Inggris menguasai wilayah yang kini dikenal sebagai Somaliland, sementara Italia menguasai wilayah timur dan selatan Samudra Hindia yang kini menjadi bagian dari Somalia. Setelah merdeka pada tahun 1960, kedua wilayah ini bersatu membentuk negara Somalia dengan ibu kota Mogadishu.

Namun, banyak warga Somaliland merasa terpinggirkan dan diabaikan setelah penyatuan tersebut. Pada tahun 1980-an, pengucilan politik dan penindasan di bawah diktator Mohamed Siad Barre memicu pemberontakan bersenjata di Somaliland. Tentara Somalia merespons dengan melancarkan pembantaian massal.

Ketika Barre digulingkan dan pemerintahan pusat runtuh pada tahun 1991, para pemimpin Somaliland menolak mengakui pemerintahan sementara yang dipimpin kelompok milisi lain. Mereka memilih untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Advertisement

Meskipun kemerdekaannya tidak diakui secara internasional, Somaliland tetap beroperasi dalam kondisi yang sebagian besar damai dan stabil. Wilayah mayoritas Muslim Sunni ini telah memiliki sistem politik, lembaga pemerintahan, kepolisian, militer, bendera, serta mata uang sendiri, sebagaimana dilaporkan oleh The New York Times dan BBC.

Upaya Pengakuan dan Kedekatan dengan Israel

Ketiadaan pengakuan internasional telah menyulitkan Somaliland untuk mengakses pinjaman, bantuan, dan investasi asing, yang berkontribusi pada kemiskinan di wilayah tersebut. Dalam upaya mengubah situasi ini, Somaliland selama bertahun-tahun telah membina hubungan dengan anggota parlemen Partai Republik Amerika Serikat, kelompok kebijakan konservatif, dan mantan pejabat di pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Selain itu, Somaliland juga mendekati Israel, yang merupakan sekutu dekat Washington. Hubungan kedua pemerintah mulai terjalin erat ketika Israel mencari negara-negara yang bersedia menerima warga Palestina yang ingin mereka pindahkan dari Jalur Gaza.

Motivasi utama Israel menjalin hubungan dengan Somaliland, selain sebagai tempat potensial untuk memindahkan warga Gaza, adalah kedekatan wilayah tersebut dengan Yaman. Akses ini dinilai memudahkan Israel untuk melakukan serangan dan memata-matai kelompok milisi Houthi di Yaman, demikian dilaporkan oleh The Times of Israel.

Kecaman Internasional

Pemerintah Somalia menolak mengakui kemerdekaan Somaliland dan menganggapnya sebagai bagian integral dari wilayahnya. Somalia memandang setiap kesepakatan atau keterlibatan langsung dengan Somaliland sebagai pelanggaran kedaulatan dan persatuan Somalia.

Pemerintah Somalia telah mengutuk keputusan Israel mengakui Somaliland, menyebutnya sebagai “langkah yang melanggar hukum” dan “serangan yang disengaja” terhadap kedaulatan Somalia.

Para menteri luar negeri dari Mesir, Turki, dan Djibouti juga turut mengutuk pengakuan Israel atas Somaliland. Mereka menegaskan kembali dukungan penuh mereka untuk persatuan dan integritas wilayah Somalia, serta memperingatkan bahwa pengakuan terhadap wilayah yang memisahkan diri merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.

Uni Afrika juga menolak mengakui kemerdekaan Somaliland. Komisi Uni Afrika mendukung persatuan dan integritas Somalia dan memperingatkan bahwa pengakuan kemerdekaan untuk Somaliland berisiko merusak perdamaian dan stabilitas di seluruh benua Afrika.

Advertisement
Mureks