Nasional

Laut Pelabuhan Serangan Tercemar Mikroplastik Serat, Ancaman Bagi Rantai Makanan Laut Bali

Di balik hiruk-pikuk aktivitas pesisir Pelabuhan Serangan, Bali, sebuah ancaman tak kasat mata mengintai: mikroplastik. Penelitian terbaru yang dilakukan pada pertengahan Juli 2025 mengungkap bahwa perairan di kawasan ini telah terkontaminasi partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter, berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan rantai makanan.

Maria Bernadina Bhau Keu, seorang mahasiswa dari Fakultas Pertanian Sains dan Teknologi Universitas Warmadewa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, melakukan penelitian lapangan pada 16 Juli 2025. Hasil pengamatan laboratoriumnya menunjukkan bahwa partikel mikroplastik telah menyatu dengan tubuh laut, meskipun air di permukaan tampak jernih.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Jejak Serat Plastik di Perairan Serangan

Seluruh mikroplastik yang ditemukan dalam penelitian tersebut berbentuk serat (fiber), yaitu partikel panjang dan tipis menyerupai benang halus. Serat-serat ini diduga berasal dari berbagai sumber, termasuk jaring dan tali nelayan yang aus, serat pakaian sintetis yang terlepas saat pencucian, limbah domestik, serta peralatan kapal dan aktivitas pelabuhan yang intens.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah plastik. Limbah plastik dari daratan seringkali terbawa oleh hujan dan sungai menuju laut. Di kawasan pelabuhan seperti Serangan, tekanan ini semakin bertambah akibat aktivitas perikanan, transportasi laut, dan pariwisata yang terus berlangsung.

Ancaman Tersembunyi dari Partikel Kecil

Ukuran mikroplastik yang ditemukan bervariasi, dari sangat kecil hingga mendekati batas maksimum lima milimeter. Meskipun jumlahnya tidak tergolong tinggi, partikel berukuran kecil justru menimbulkan kekhawatiran terbesar. Semakin kecil ukurannya, semakin mudah mikroplastik tertelan oleh organisme laut, meningkatkan risiko dampak negatif.

Perhitungan menunjukkan bahwa kelimpahan mikroplastik di perairan Pelabuhan Serangan mencapai 104 partikel per meter kubik air. Angka ini menjadi indikator bahwa laut di kawasan tersebut tidak lagi sepenuhnya bersih, meskipun ancamannya tersembunyi dari pandangan mata telanjang.

Mikroplastik: Kendaraan Racun dan Gangguan Rantai Makanan

Mikroplastik bukan sekadar serpihan tak berguna. Permukaannya dapat berfungsi sebagai “kendaraan” bagi zat berbahaya seperti logam berat (timbal, merkuri, kadmium) dan senyawa kimia beracun lainnya. Ketika organisme laut menelan partikel ini, zat-zat berbahaya tersebut dapat terlepas ke dalam jaringan tubuh, memicu risiko keracunan dan gangguan fisiologis.

Lebih jauh lagi, mikroplastik bergerak mengikuti rantai makanan. Partikel ini dapat masuk ke tubuh plankton, kemudian berpindah ke ikan kecil, dan akhirnya mencapai ikan yang dikonsumsi manusia. Proses akumulasi ini secara bertahap membangun ancaman terhadap keamanan pangan laut dan kesehatan manusia di masa depan.

Dampak Nyata pada Kehidupan Laut

Meskipun Pelabuhan Serangan merupakan pelabuhan skala kecil dibandingkan dengan pelabuhan besar seperti Benoa, dominasi partikel mikroplastik berukuran kecil menunjukkan bahwa tidak ada kawasan laut yang kebal terhadap pencemaran ini. Dari sudut pandang ekotoksikologi, mikroplastik adalah polutan aktif yang mampu menimbulkan dampak biologis, bahkan dalam ukuran yang nyaris tak terlihat.

Mikroplastik mudah tertelan oleh berbagai organisme laut, mulai dari fitoplankton, zooplankton, larva ikan, moluska, hingga ikan kecil. Di dalam tubuh organisme, partikel ini dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan, menurunkan nafsu makan, menghambat pertumbuhan, bahkan mengganggu reproduksi. Dampak-dampak kecil ini, jika terakumulasi, berpotensi menggoyahkan keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan.

Menjaga Laut dari Ancaman Sunyi

Kehadiran mikroplastik di Pelabuhan Serangan menjadi pengingat bahwa pencemaran laut tidak selalu terlihat sebagai tumpukan sampah di pantai. Ada ancaman sunyi yang mengalir bersama air, masuk ke tubuh organisme, dan perlahan merambat hingga ke meja makan manusia.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah konkret. Pengelolaan limbah plastik yang lebih baik, pengawasan ketat terhadap aktivitas pelabuhan, serta edukasi berkelanjutan bagi masyarakat pesisir dan pelaku pariwisata menjadi kunci penting untuk menjaga laut tetap lestari dan sehat. Mikroplastik mungkin kecil ukurannya, tetapi dampaknya sangat besar bagi kehidupan hari ini dan generasi mendatang.

Mureks