Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) telah merilis gelombang pertama dokumen terkait mendiang Jeffrey Epstein, memicu kontroversi di tengah tudingan pelanggaran hukum dan kurangnya transparansi. Rilis ini menyusul undang-undang baru dari Kongres yang mewajibkan semua dokumen, termasuk foto, video, dan berkas penyelidikan, dibuka secara utuh pada Jumat, 19 Desember 2025.
Namun, DOJ menyatakan tidak dapat merilis semua dokumen sesuai batas waktu yang ditentukan. Ribuan berkas yang dipublikasikan juga banyak yang telah disunting ulang. Kondisi ini membuat politisi dari Partai Demokrat dan Partai Republik menuding DOJ melanggar kewajiban hukum.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Pada Sabtu, 20 Desember 2025, setidaknya 13 berkas dihapus dari situs DOJ. Wakil Jaksa Agung Todd Blanche menjelaskan keputusan itu diambil untuk melindungi privasi korban. Meski demikian, penundaan dan penyuntingan ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak.
Sejumlah Nama Besar Terseret
Kumpulan berkas pertama ini mencakup sejumlah nama politisi dan pesohor. Mereka di antaranya mantan Presiden AS Bill Clinton, adik Raja Charles Andrew Mountbatten-Windsor, serta musisi Mick Jagger dan Michael Jackson. Penting untuk dicatat, penyebutan nama-nama dalam berkas investigasi tidak serta merta mengidentifikasikan adanya pelanggaran hukum. Sebagian dari nama yang disebut telah membantah keterlibatan atas pelanggaran hukum.
Bill Clinton dan Pertanyaan Transparansi
Beberapa foto yang dirilis menampilkan mantan Presiden AS Bill Clinton. Salah satu foto memperlihatkannya tengah berenang di kolam renang, sementara foto lain menunjukkan ia berbaring telentang di kolam mandi air panas. Foto-foto ini diambil pada periode 1990-an dan awal 2000-an, sebelum Epstein tertangkap karena perbuatan tercelanya. Nama Clinton juga tidak pernah disebut atau dituduh turut serta oleh para korban pelecehan Epstein, dan ia pernah menyatakan tidak mengetahui tindakan kekerasan seksual yang dilakukan Epstein.
Juru bicara Clinton, Angel Urea, menduga Departemen Kehakiman melindungi “seseorang atau sesuatu” setelah berkas-berkas tersebut dirilis. “Kami tidak tahu siapa yang ingin dilindungi, apa, atau kenapa. Tapi yang kami tahu: Kami tidak membutuhkan perlindungan semacam itu,” tulis Urea di media sosial pada Senin.
Urea mendesak agar berkas-berkas yang masih tersisa segera dibuka ke publik. “Penolakan untuk tidak segera membuka berkas lainnya justru mengonfirmasi kecurigaan luas bahwa tindakan Departemen Kehakiman bukan tentang transparansi, tetapi tentang tuduhan tidak langsung,” ujarnya. Ia menambahkan, “Ini menyiratkan pelanggaran hukum terhadap individu yang telah berulang kali dibebaskan.”
Pekan lalu, Urea menegaskan bahwa foto-foto yang baru dirilis sudah berusia puluhan tahun. “Mereka bisa merilis sebanyak mungkin foto buram berusia lebih dari 20 tahun, tetapi ini bukan tentang Bill Clinton. Tidak pernah, dan tidak akan pernah,” tulisnya. “Ada dua jenis orang di sini. Kelompok pertama tidak tahu apa-apa dan memutuskan hubungan dengan Epstein sebelum kejahatannya terungkap. Kelompok kedua terus menjalin hubungan dengannya setelah itu.” Urea menyimpulkan, “Semua orang, terutama Maga, mengharapkan jawaban, bukan kambing hitam.”
Donald Trump dalam Pusaran Dokumen
Presiden AS Donald Trump juga disebutkan dalam serangkaian berkas yang dirilis. Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa Epstein diduga memperkenalkan remaja perempuan berusia 14 tahun kepada Trump di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida pada tahun 1990-an. Dalam pertemuan itu, Epstein sempat menyodok Trump dengan siku dan “bertanya dengan nada bercanda” terkait remaja tersebut, “ini yang bagus, kan?”
Mengacu pada dokumen pengadilan tentang gugatan terhadap harta warisan Epstein dan Ghislaine Maxwell pada tahun 2020, Trump menanggapi pertanyaan Epstein tersebut dengan tersenyum dan mengangguk setuju. Dokumen itu menyebutkan “keduanya tertawa” dan remaja tersebut merasa tidak nyaman, meski “pada saat itu, dia terlalu muda untuk memahami mengapa.” Korban bersaksi dirinya dirawat untuk dilecehkan dan menjadi obyek kekerasan selama bertahun-tahun oleh Epstein, namun tidak mengajukan tuduhan terhadap Trump dalam berkas pengadilan itu.
Menanggapi permintaan komentar, juru bicara Gedung Putih Abigail Jackson menyatakan pemerintahan Trump merupakan pemerintahan yang “paling transparan dalam sejarah.” Jackson menambahkan, “Dengan merilis ribuan halaman dokumen, kooperatif pada permintaan panggilan pengadilan Komite Pengawasan DPR. Bahkan Presiden Trump baru-baru ini menyerukan penyelidikan lebih lanjut terhadap teman-teman Epstein dari Partai Demokrat, maka pemerintahan Trump telah melakukan lebih banyak untuk korban daripada yang Demokrat pernah lakukan.”
Insiden tersebut hanyalah salah satu dari kejadian yang menyebut nama Trump. Beberapa foto juga memperlihatkan Trump, meskipun keterlibatannya masih dipertanyakan. Salah satu foto Trump sempat dihapus dari berkas pada Sabtu, 20 Desember 2025, namun belakangan dimasukkan kembali. Di tengah hiruk pikuk ini, akun X resmi operasi politik presiden, Trump War Room, mengunggah foto-foto Clinton setelah DOJ merilis dokumen Epstein. Juru bicara pers Trump kemudian mengunggah ulang gambar Clinton dengan dibubuhi penjelasan, “Oh my!”
Sebelumnya, Trump mengungkapkan ia adalah teman Epstein selama bertahun-tahun, namun mereka tak lagi berhubungan sekitar tahun 2004, bertahun-tahun sebelum Epstein pertama kali ditangkap. Trump secara konsisten membantah adanya pelanggaran terkait Epstein.
Pangeran Andrew dan Foto Kontroversial
Dalam berkas yang dirilis, terdapat pula foto yang menunjukkan Andrew Mountbatten-Windsor terbaring di atas lima orang perempuan yang wajahnya telah disamarkan. Ghislaine Maxwell, rekan kejahatan Epstein yang telah divonis bersalah, terlihat berdiri di belakang mereka dalam foto tersebut. Bertahun-tahun, Andrew telah menghadapi pemeriksaan terkait persahabatannya dengan Epstein dan berulang kali membantah adanya pelanggaran. Ia juga mengatakan tidak “melihat, menyaksikan, atau mencurigai perilaku semacam itu yang kemudian menyebabkan penangkapan dan vonisnya.”
Jejaring Selebriti Epstein
Selain para politisi, sejumlah selebritas ikut muncul dalam dokumen yang dirilis. Epstein memang tersohor dengan jejaringnya di berbagai bidang, khususnya pada dunia hiburan, politik, dan bisnis. Beberapa foto yang dirilis memperlihatkan Epstein bersama selebriti seperti Michael Jackson, Mick Jagger, dan Diana Ross. Foto-foto itu tidak menyertakan kapan, di mana, atau dalam konteks apa diambilnya, sehingga tidak jelas apakah Epstein memiliki keterkaitan dengan para figur publik tersebut atau hanya bertemu secara kebetulan.
- Dalam salah satu foto, Epstein berpose dengan Michael Jackson yang mengenakan setelan jas, sementara Epstein mengenakan hoodie beritsleting.
- Foto lain memperlihatkan Jackson, Clinton, dan penyanyi Diana Ross berpose bersama di area kecil, dengan beberapa wajah lain yang disamarkan.
- Legenda Rolling Stones, Mick Jagger, juga terlihat berpose bersama Clinton dan seorang perempuan yang wajahnya disamarkan, semuanya mengenakan pakaian koktail.
- Aktor Chris Tucker berpose dan duduk di samping Clinton di meja makan, serta terlihat di landasan pesawat bersama Ghislaine Maxwell.
BBC telah menghubungi Jagger, Tucker, dan Ross untuk komentar. Clinton sebelumnya membantah mengetahui tindak kejahatan seksual Epstein, dan menyebut foto-foto tersebut sudah berusia puluhan tahun. “Ini bukan tentang Bill Clinton. Tidak pernah, dan tidak akan pernah,” kata juru bicara tersebut.
Ghislaine Maxwell di Downing Street
Foto lain yang termasuk dalam rilis dokumen menunjukkan Ghislaine Maxwell berpose sendirian di depan 10 Downing Street. Tidak ada penjelasan detail mengenai waktu pengambilan foto atau atas dasar apa Maxwell berfoto di depan rumah dan kantor Perdana Menteri UK tersebut. BBC tidak dapat memastikan siapa perdana menteri pada saat foto tersebut diambil, atau dalam kapasitas apa Maxwell mengunjungi Downing Street.
Ancaman Epstein kepada Pelapor Pertama
Dalam berkas-berkas tersebut, disebutkan juga salah satu orang pertama yang melaporkan Epstein yakni Maria Farmer, seorang seniman yang bekerja untuk Epstein. Pada tahun 1996, Farmer melapor ke FBI bahwa Epstein telah mencuri foto-foto pribadinya yang memuat saudara perempuannya yang berusia 12 dan 16 tahun. Ia meyakini Epstein menjual foto-foto tersebut kepada pembeli potensial. Farmer kemudian menerima ancaman rumahnya akan dibakar jika ia buka mulut mengenai hal ini.
Nama Maria Farmer sebenarnya disamarkan dalam berkas, namun ia mengonfirmasi bahwa laporan tersebut miliknya. Laporan itu juga mencantumkan bahwa Epstein diduga meminta Farmer untuk mengambil foto sejumlah remaja perempuan di kolam renang. “Epstein kini mengancam [disamarkan] bahwa jika dia (Farmer)memberitahu siapa pun tentang foto-foto tersebut, maka rumahnya akan dibakar,” bunyi laporan tersebut. Setelah hampir 30 tahun, Farmer kini merasa terbebaskan. “Saya merasa terbebaskan,” katanya.
Ratusan Ribu Berkas Belum Dirilis
Lebih dari 550 halaman dari berkas yang dirilis pada Jumat lalu sepenuhnya telah disunting, termasuk pernyataan polisi, laporan penyelidikan, dan foto-foto. Menurut CBS, mitra BBC di Amerika Serikat, terdapat dokumen terkait penyelidikan juri besar di mana 100 halaman sepenuhnya dihitamkan. Pejabat diizinkan menyunting materi untuk melindungi identitas korban atau hal-hal terkait penyelidikan kriminal yang sedang berlangsung, namun diwajibkan oleh undang-undang untuk menjelaskan penyuntingan tersebut. Hingga saat ini, tidak ada penjelasan detail mengenai tujuan penyuntingan itu.
Ketika ditanya mengenai alasan perilisan berkas tidak sesuai batas waktu, Wakil Jaksa Agung Todd Blanche menjawab, “Sangat sederhana dan jelas. Undang-undang juga mewajibkan kami untuk melindungi korban.” Ia menambahkan bahwa ribuan halaman yang dirilis hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan. Blanche memperkirakan “beberapa ratus ribu halaman” akan dirilis dalam beberapa minggu ke depan, setelah proses verifikasi ketat untuk memastikan “setiap korban, baik nama, identitas, bahkan kisah mereka sejauh yang perlu dilindungi, sepenuhnya dilindungi.”
Mengenai berkas yang dihapus dari situs Departemen Kehakiman pada Sabtu lalu, Blanche menyampaikan, “Hal itu karena seorang hakim di New York memerintahkan kami untuk mendengarkan hak-hak korban atau kelompok hak korban.”
Hingga kini, jadwal rilis materi tambahan masih belum jelas, memicu frustrasi anggota parlemen dari kedua belah pihak. Anggota Kongres Ro Khanna dari Demokrat, telah mengancam akan mengambil tindakan terhadap anggota Departemen Kehakiman, termasuk pemakzulan atau kemungkinan penuntutan atas penundaan tersebut. Khanna bersama Anggota Kongres dari Partai Republik, Thomas Massie, memaksa pemungutan suara atas RUU Transparansi Dokumen Epstein. “Pembuangan dokumen DOJ yang berjumlah ratusan ribu halaman tidak mematuhi hukum,” kata Massie di media sosial.






