SURAKARTA – Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersama tim kolaborasi dari tiga universitas terkemuka di Australia berhasil menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Mereka sukses meraih Gold Medal dan Special Award dari Vietnam Fund for Supporting Technology Creations (VIFOTEC) pada ajang Seoul International Invention Fair (SIIF) 2025.
Pameran inovasi terbesar di dunia ini diselenggarakan di Convention and Exhibition Center, Seoul, Korea Selatan, pada 3 hingga 6 Desember 2025. SIIF merupakan platform yang mempertemukan ratusan inovator global, diselenggarakan oleh Korea Invention Promotion Association (KIPA) dan didukung oleh International Federation of Inventors’ Associations (IFIA).
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Tim kolaborasi Indonesia-Australia ini dipimpin oleh Vio Arvendha (PTI UMS 2021) dan beranggotakan Muhammad Isnani K (PTI UMS 2022), Kintan Nur R (Biotechnology, University of Queensland), Desi Puti Andini (Data Science, Monash University), Citra Cahyati (Public Health, University of Melbourne), Nada Fadilah (Agribusiness, University of Queensland), Nadia Yasmine (Public Health, University of Queensland), serta Yulia Susanti (Desamind Indonesia).
Muhammad Isnani K mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini. “Kerja sama dengan teman-teman dari Australia memberikan banyak pelajaran berharga, terutama tentang disiplin, komunikasi, dan kreativitas. Prestasi ini menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus berkembang,” ujarnya pada Senin (29/12).
Inovasi “HerbsWise”: Pembelajaran Herbal Berbasis VR
Melalui proyek bertajuk “HerbsWise: Immersive Journey of Indonesian Medicinal Plants Wisdom Integrated with Wellness Education to Combat Top Nation’s Priority Diseases,” tim menghadirkan inovasi pembelajaran interaktif berbasis Virtual Reality (VR). Inovasi ini dirancang untuk mengenalkan kekayaan tanaman herbal Indonesia secara imersif.
Isnani menjelaskan, aplikasi VR tersebut dikemas dalam tiga menu utama. Menu pertama dan kedua berbentuk storyline interaktif layaknya permainan, di mana pengguna diajak menjelajahi ladang tanaman herbal seperti jahe, kunyit, temulawak, kumis kucing, dan kayu manis. Setiap tanaman dilengkapi dengan materi edukasi serta kuis interaktif.
“Setelah menyelesaikan eksplorasi tanaman herbal, pengguna akan melanjutkan ke misi kedua, yaitu menyembuhkan seorang ibu yang sakit menggunakan ramuan herbal yang diracik dari tanaman di ladang. Salah satu contoh kasus yang diangkat adalah pengobatan penyakit diabetes melitus menggunakan tanaman kumis kucing,” jelas Isnani.
Menu ketiga berupa museum virtual yang menyajikan informasi tanaman herbal secara lebih lengkap. Pengguna dapat melihat bentuk tanaman, bagian yang dimanfaatkan sebagai obat, serta manfaat dan kandungan herbal tersebut layaknya berada di museum sungguhan. “Inovasi ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membangun pengalaman belajar yang menyenangkan dan kontekstual,” tambahnya.
Latar Belakang dan Tujuan Inovasi
Pengembangan inovasi ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brasil, dengan lebih dari 30 ribu jenis tanaman. Namun, baru sekitar 9.600 jenis yang telah dimanfaatkan sebagai tanaman herbal. Sementara itu, data WHO tahun 2019 mencatat bahwa 73 persen kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (non-communicable diseases) seperti diabetes.
“Tujuan inovasi kami adalah meningkatkan kesadaran, literasi kesehatan, serta penggunaan tanaman herbal secara praktis dan berkelanjutan, khususnya di kalangan remaja pedesaan,” terang Isnani.
Implementasi dan Apresiasi
Ke depan, inovasi HerbsWise akan diimplementasikan langsung di masyarakat melalui program pemberdayaan desa bekerja sama dengan Desamind Indonesia. Rencananya, aplikasi VR ini akan diperkenalkan kepada remaja di Desa Cipaku sebagai sarana edukasi kesehatan sekaligus pengembangan potensi ekonomi berbasis herbal.
Tim juga menggandeng Rizolatte, sebuah produk minuman herbal, sebagai contoh hilirisasi inovasi. Remaja desa tidak hanya dikenalkan pada tanaman herbal, tetapi juga diajarkan cara menanam, mengolah, hingga mengembangkan produk herbal bernilai ekonomi.
Sementara itu, Kintan Nur R dari University of Queensland menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi bersama UMS. “Sangat senang dan bangga dapat bekerja sama dengan mahasiswa UMS. Meski waktu singkat dan berbeda benua, proyek ini tetap berjalan dengan baik,” tuturnya.
Dosen pembimbing, Hardika Dwi Hermawan, M.Sc. ITE, turut mengapresiasi capaian mahasiswa. Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI), FKIP, dan UMS. Kurikulum adaptif, fasilitas riset, serta kesempatan kolaborasi internasional menjadi fondasi penting dalam mengembangkan kapasitas mahasiswa di tingkat global.
“Alhamdulillah, prestasi ini menjadi bukti bahwa kolaborasi dan kerja keras dapat membawa mahasiswa kita ke level internasional. Semoga menginspirasi mahasiswa FKIP lainnya untuk terus berkarya dan berkolaborasi secara global,” terangnya.
Kemenangan tim kolaborasi UMS-Australia ini semakin memperkuat posisi UMS dalam mencetak talenta unggul yang mampu menghadirkan solusi inovatif berbasis teknologi dan kearifan lokal di panggung internasional.






