Internasional

Kisah Yasser Arafat dan Misa Natal Betlehem: Toleransi yang Terhalang Larangan Israel

Pada pengujung tahun 1995, Kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus Kristus, kembali semarak dengan kehadiran pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat. Bersama istrinya, Suha Arafat, ia rutin menghadiri Misa Malam Natal di Gereja St. Catherine, sebuah tradisi yang menjadi simbol persatuan dan toleransi di Tanah Suci.

Kehadiran Arafat, seorang Muslim, di tengah komunitas Kristen Betlehem selalu menjadi sorotan. Ia duduk di bangku paling depan bersama sang istri, yang disebut-sebut telah berpindah agama dari Kristen ke Islam saat pernikahannya pada 1990 di Tunisia. Meski demikian, Suha Arafat tetap menjalankan tradisi Kristiani, termasuk peribadatan misa Natal.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Namun, tradisi yang berlangsung selama lima tahun itu harus terhenti secara paksa. Pada 2001, pihak Israel melarang kehadiran Arafat di Betlehem dengan alasan yang dinilai mengada-ada. Israel berpendapat bahwa Arafat belum membubarkan organisasi-organisasi teroris Palestina, sebuah tudingan yang menjadi dasar pelarangan tersebut.

Larangan ini sontak menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Para pemimpin Uni Eropa mendesak Israel untuk mencabut larangan tersebut, berpendapat bahwa membolehkan pemimpin Palestina mengadakan misa Natal justru akan mengendurkan konflik dua negara, sebagaimana dikutip dari Voice of America. Namun, Israel bersikeras pada keputusannya, memblokade jalan dan menurunkan pasukan untuk memastikan Arafat tidak dapat hadir.

Meskipun Arafat tidak dapat hadir secara fisik, pihak gereja tetap menyediakan bangku yang biasa didudukinya. Sebagai simbol ketidakhadiran dan protes, kafiyeh, kain penutup kepala khas Arafat, diletakkan di kursi tersebut. Dari kejauhan, Arafat menyuarakan kekecewaannya.

“Lokasi di mana Yesus dilahirkan sekarang dikepung dari segala arah. Seluruh dunia yang telah melihat apa yang terjadi harus tahu teror macam apa yang dihadapi para jemaah di Tanah Suci ini,” ujarnya.

Sejak Perjanjian Oslo ditandatangani pada 1995, Israel memang tidak pernah sepenuhnya menarik pasukannya dari Betlehem seperti yang dijanjikan. Akibat larangan ini, Kota Betlehem pun terlihat sepi tanpa kehadiran Arafat. Larangan itu tidak pernah dicabut hingga Arafat meninggal dunia pada 2004.

Kini, pada akhir 2025, Betlehem mulai terlihat semarak kembali dengan hiasan lampu dan pohon Natal, setelah dua tahun sebelumnya sempat sepi akibat serangan besar-besaran ke Gaza.

Mureks