Nasional

Kepemimpinan Kacau Merusak Organisasi: Ciri-ciri dan Dampak Sistemik yang Wajib Diwaspadai

Fenomena kepemimpinan kacau di berbagai organisasi, tempat kerja, bahkan pemerintahan, kini semakin marak. Pemimpin jenis ini kerap menunjukkan inkonsistensi antara ucapan dan tindakan, mengklaim hak prerogatif tanpa visi jelas, serta bersikap otoriter di balik label demokratis. Mereka seringkali subjektif meski mengaku objektif, dan terlalu banyak mencampuri urusan kecil dengan dalih dukungan. Ironisnya, pemimpin dengan karakteristik demikian justru seringkali terpilih.

Ciri-ciri Pemimpin Kacau yang Merusak Organisasi

Kepemimpinan yang kacau tidak hanya menimbulkan masalah pada gaya memimpin, tetapi juga menciptakan dampak sistemik yang merugikan. Tim menjadi bingung, kinerja tidak jelas, lingkungan kerja tidak kondusif, dan hanya diisi oleh retorika kosong. Berikut adalah beberapa ciri utama pemimpin kacau:

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

  • Tidak Punya Arah dan Prioritas Jelas: Visi, target, dan program sering berubah tanpa alasan logis. Keputusan hari ini bisa berbeda dengan esok hari, bahkan dibatalkan lusa. Tim dipaksa bekerja keras tanpa memahami tujuan yang pasti, mengakibatkan energi terbuang sia-sia dan hasil yang minim.
  • Inkonsisten dalam Pengambilan Keputusan: Pemimpin jenis ini seringkali membingungkan tim dengan perintah yang kontradiktif. Kebijakan yang hari ini dipuji, esok bisa disalahkan. Aturan yang berlaku dapat berbeda tergantung siapa yang bertanya. Mentalitas reaktif lebih mendominasi daripada strategis, sehingga tim kehilangan kepercayaan dan organisasi diliputi kebingungan.
  • Minim Keteladanan dan Anti-Kritik: Mereka kerap berbicara tentang nilai-nilai, namun perilakunya bertolak belakang. Apa yang diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Organisasi kehilangan manfaatnya, dan nilai-nilai inti pun runtuh. Pemimpin kacau cenderung anti-kritik dan mudah tersinggung, menganggap kritikan sebagai serangan pribadi. Orang yang jujur dicap “tidak loyal”, sehingga mereka lebih suka dikelilingi oleh penjilat. Hal ini menciptakan organisasi yang penuh kepura-puraan.
  • Suka Menyalahkan dan Anti-Tanggung Jawab: Fokus utama mereka adalah mencari kesalahan orang lain, bukan bekerja secara benar. Saat terjadi kegagalan, tim dianggap tidak becus. Namun, saat berhasil, mereka mengklaimnya sebagai hasil kerja keras pribadi. Pemimpin seperti ini tidak pernah mengakui kesalahan, yang pada akhirnya menjatuhkan moral organisasi.
  • Subjektif dan Tidak Transparan: Keputusan sering diambil berdasarkan subjektivitas dan kepentingan pribadi, tanpa proses yang jelas. Akses informasi dibatasi hanya untuk lingkaran tertentu, memicu konflik, gosip, dan politik internal yang merugikan.

Dampak Negatif Kepemimpinan Kacau

Pemimpin kacau cenderung tidak membangun sistem yang jelas, melainkan hanya mengandalkan individu. Segala sesuatu harus melalui dirinya, tanpa adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang transparan. Sebagian besar anggota tim bekerja berdasarkan perintah dan ketakutan, bukan kepercayaan. Akibatnya, inisiatif dan kreativitas di organisasi mati suri, menyebabkan stagnasi dan minimnya pergerakan yang berdampak. Semua hanya sebatas seremonial, narasi tanpa esensi.

Dari pengalaman yang terjadi di beberapa organisasi, pemimpin kacau hanya berfokus pada kekuasaan atau jabatan, bukan tanggung jawab. Mereka sibuk mencitrakan diri “baik” tanpa kerja nyata yang konkret dan berdampak. Sosialisasi kinerja hanya sebatas omongan. Organisasi dijadikan alat kekuasaan, bukan wadah pengabdian, sehingga masa depan organisasi menjadi suram.

Ketika organisasi dipimpin oleh sosok yang kacau, anggota tim cenderung diam saat pemimpin berbicara. Tidak ada masukan, saran, apalagi kritik. Hal ini terjadi karena tim merasa bingung dan hanya bisa pasrah. Namun, di belakang pemimpin, semua anggota tim merasa tertekan dan melampiaskan keluh kesah ke mana-mana. Pemimpin yang kacau memang tidak membantu organisasi atau individu di dalamnya untuk “menang” atau berkembang.

Orang-orang kompeten dan cerdas di bawah komando pemimpin kacau seringkali “terbakar habis”, bukan karena sulitnya pekerjaan, melainkan karena politik dan subjektivitas sang pemimpin. Tim bekerja layaknya robot, beraktivitas tanpa arah yang jelas. Pemimpin kacau bergerak di jalur yang tidak teratur, ingin menang sendiri tanpa mampu mengelola orang lain. Mereka gagal mengelola lingkungan dan proses, membiarkan kekacauan merembes ke bawah. Pikiran mereka dipenuhi ketidakpercayaan sebelum tim membuktikan diri, cenderung melakukan micromanage, dan hanya bertanya, “Apa yang salah?” bukan “Di mana prosesnya kurang pas?” Pemimpin seperti ini juga kesulitan membedakan antara dukungan dan tuntutan.

Membangun Kepemimpinan Kompeten untuk Masa Depan

Oleh karena itu, sangat penting untuk menjauhi sikap arogan dan subjektif saat memimpin organisasi. Orang tidak akan mengingat pemimpin yang hanya memberi target, melainkan pemimpin yang memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Pemimpin yang kacau bukan hanya tidak membawa organisasi maju, tetapi juga membuat orang-orang baik kelelahan dan memilih pergi. Mari belajar menjadi pemimpin yang kompeten di tahun 2026 demi kemajuan organisasi dan kesejahteraan tim.

Mureks