Nasional

Kemenkes Ungkap Lebih dari 90 Ribu Warga Terdampak Bencana Sumatera Terjangkit Penyakit, ISPA Terbanyak

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat lebih dari 90 ribu warga di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terjangkit berbagai penyakit pasca-bencana yang melanda wilayah tersebut. Data hingga 28 Desember 2025 menunjukkan, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) mendominasi dengan 41 ribu kasus atau 46 persen dari total penderita.

Selain ISPA, penyakit kulit menyumbang 28 ribu kasus (31 persen) dan diare sebanyak 5 ribu kasus (6 persen). Krisis kesehatan ini diperparah dengan lumpuhnya layanan kesehatan dasar serta terbatasnya akses air bersih dan obat-obatan di daerah terdampak.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Kisah Pilu di Tengah Krisis Layanan Kesehatan

Lumpuhnya layanan kesehatan pasca-bencana tergambar jelas dari kasus seorang ibu hamil di Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara. Selama tiga minggu, ia tidak mendapatkan pemeriksaan kehamilan rutin (antenatal care) setelah Puskesmas Langkahan terendam banjir bandang pada 26 November 2025.

Saat tim medis Universitas Padjadjaran (Unpad) tiba pada pekan ketiga Desember, detak jantung janin di kandungannya sudah tidak terdengar. “Baru terdeteksi saat dokter kandungan kita memeriksa. Jadi selama dua minggu itu gerakan bayinya, denyut jantung janinnya, sudah nggak ada. Terindikasi intrauterine fetal death (IUFD) atau kematian janin di dalam kandungan ibu,” ujar Dani Ferdian, Ketua Tim Tanggap Bencana Fakultas Kesehatan Unpad, Kamis (24/12).

Dani menjelaskan, kondisi ini terjadi karena ibu tersebut tidak bisa mendapatkan pemeriksaan rutin. “Kondisi ibu hamil yang pemeriksaannya mestinya rutin, ketika gerakan janinnya melambat atau denyut jantung janinnya melemah, itu seharusnya sudah bisa diintervensi,” ucapnya. Ibu tersebut akhirnya dirujuk ke rumah sakit terdekat yang berjarak sekitar 1,5 jam.

Penyakit Menular Mengintai Pengungsian

Bencana yang menewaskan lebih dari seribu orang di tiga provinsi tersebut juga memicu berbagai penyakit bagi warga yang selamat, terutama di pengungsian. Aklimi, warga Aceh Timur, menceritakan anaknya yang berusia 3 tahun mengalami demam, flu, dan batuk setelah sempat minum air bekas banjir. “Airnya keruh sekali. Saya kasih minum itu karena nggak ada makanan dan air putih,” kata Aklimi, Selasa (23/12).

Marhamah, warga Aceh Timur lainnya, mengungkapkan bayinya yang berusia 4 bulan kini menderita sakit kulit akibat air banjir. Lebih parah lagi, bayinya yang mengidap hidrosefalus tidak bisa rutin kontrol pasca-operasi ke RSUD Zubir Mahmud karena ketiadaan biaya. “Kami butuh uang jalan. Kalau kondisi kayak gini, orang tuanya—kami—enggak bisa cari uang, enggak ada pekerjaan,” keluhnya.

Wakil Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Iziddin Fadhil, menjelaskan bahwa kasus ISPA disebabkan oleh debu lumpur pasca-banjir yang mengering, sementara penyakit kulit seperti dermatitis diakibatkan paparan air banjir yang mengandung virus dan bakteri. “Kebutuhan air bersih masih kurang, sehingga itu pasti akan memengaruhi tingkat kesehatan,” kata Iziddin, Jumat (26/12).

Warga Aceh Tamiang, Hamidah, bahkan menggambarkan betapa berharganya air bersih. “[Lihat] air bersih kayak lihat berlian, dikejar terus,” ucapnya, rela mengejar kendaraan pengangkut air demi menghindari penyakit.

Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes, drg. Murti Utami, mengingatkan bahwa “Situasi bencana meningkatkan risiko penularan penyakit menular, terutama PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi). Karena itu surveilans dan pelayanan imunisasi harus tetap berjalan untuk melindungi kelompok rentan dan mencegah terjadinya KLB (kejadian luar biasa),” ujarnya, Rabu (17/12).

Fasilitas Kesehatan Rusak Parah, Ancaman Bencana Kedua

Krisis kesehatan diperparah dengan hancurnya sejumlah fasilitas kesehatan. Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Sekumur, Aceh Tamiang, misalnya, hancur dan dipenuhi lumpur, padahal melayani tiga desa. “Kondisinya sangat tidak layak,” ucap Siti Aisyah, Kepala Pustu Sekumur, Senin (22/12).

Akibatnya, warga sakit keras harus dirujuk ke RS di Langsa atau Binjai, Sumatera Utara, dengan perjalanan berisiko dan memakan waktu berjam-jam. Seorang warga Sekumur dengan komorbid diabetes bahkan meninggal dunia saat dirujuk.

Dani Ferdian dari Unpad menceritakan, timnya bersama Koramil setempat membutuhkan waktu sekitar sepekan untuk membersihkan Puskesmas Langkahan yang penuh lumpur. “Ketika tempatnya sudah bersih, lumpur-lumpurnya sudah nggak ada, mulai bisa dijadikan tempat pelayanan kesehatan,” jelasnya.

Di Aceh Tamiang, baru 3 dari 15 puskesmas yang aktif melayani normal. Iziddin Fadhil yang ditugaskan IDI Aceh untuk mereaktivasi Puskesmas Karang Baru, khawatir akan muncul gelombang kedua bencana dari sisi kesehatan jika pengidap penyakit kronis sulit mendapatkan obat dan sanitasi buruk. “Misalnya pasien hipertensi yang tadinya tidak gagal ginjal, karena tidak terkontrol akan jadi gagal ginjal. Tadinya tidak stroke, bisa jadi stroke karena hipertensinya tidak terkontrol. Ini yang kita takutkan, sedangkan kesanggupan pelayanan kesehatan, faskes, masih belum optimal,” paparnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, setelah revitalisasi RS, pemerintah kini fokus merevitalisasi sekitar 800 puskesmas terdampak bencana. “Puskesmas sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat di rumah-rumah dan pengungsian sehingga mereka tidak perlu ke rumah sakit,” ujar Budi di Bener Meriah, Jumat (19/12).

Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan Menipis

Selain fasilitas, ketersediaan obat dan alat kesehatan (alkes) juga genting. Dharma Tafsia, pengungsi di Aceh Tamiang dengan pembengkakan jantung, belum memperoleh obat rutinnya karena apotek langganannya hancur. Permintaan ke dokter relawan pun nihil, membuatnya lemas.

Dani Ferdian juga mengalami kesulitan mencari obat diare dan kulit di Lhokseumawe yang stoknya kosong, sehingga harus membawa dari Bandung. Iziddin merasakan hal serupa, obat krusial bagi penderita TBC dan kelainan bawaan sempat menipis di Aceh Tamiang.

Michelle Maylangkay, Ketua Tim Medis Kapal RS Apung Laksamana Malahayati PDIP, menyoroti pentingnya obat rutin bagi lansia dengan penyakit kronis. “Bagi orang-orang yang harus minum obat rutin ini, jadi agak repot. Apalagi pasien-pasien dengan riwayat sakit jantung,” ucap Michelle yang kini melayani pengungsi di Aceh.

Waspada Penyakit Lain dan Masalah Mental

Dani Ferdian juga menemukan banyak pengungsi di Bener Meriah mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD). “Itu (PTSD) karena kejadian bencana yang mengakibatkan banyak hal, entah kehilangan keluarga, harta benda, dan sebagainya,” kata Dani.

Kemenkes juga mewaspadai leptospirosis, penyakit zoonosis yang ditularkan melalui urine hewan terinfeksi. Dirjen Kemenkes Murti Utami berpesan, “Jika mengalami demam, nyeri otot, sakit kepala, atau mata merah setelah terpapar air banjir atau lumpur, segera periksa ke fasilitas kesehatan. Jangan menunggu sampai kondisi memburuk.”

Prof Tjandra Yoga Aditama, eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, menambahkan bahwa di daerah banjir bandang, kemungkinan muncul tak hanya bakteri, tapi juga parasit maupun amoeba. “Yang demam-demam belum tentu pneumonia karena bakteri atau virus. Bukan tidak mungkin [itu] karena parasit,” ucap Tjandra.

Ia juga menyarankan Kemenkes mengambil sampel warga terdampak ISPA untuk memastikan keterkaitan dengan lonjakan virus influenza tipe A (H3N2) di ASEAN dan Indonesia sejak Oktober. “Kenapa itu penting? … [Supaya] kalau terjadi KLB, dari awal kita tahu virus atau bakteri apa yang sedang merebak,” jelasnya.

Prof Tjandra berpendapat, upaya kesehatan akan efektif jika kebutuhan dasar korban terpenuhi dan akses antardaerah diperbaiki. “Kesehatan enggak mungkin jalan sendiri. Sebanyak apa pun dokter mau dikirim, kalau situasi begitu-begitu terus ya enggak akan beres-beres,” ujarnya.

Iziddin mengusulkan relokasi pengungsi ke hunian sementara yang layak dengan sanitasi dan fasilitas kesehatan memadai. “Sehingga mereka bisa hidup lebih manusiawi. Saya melihat sudah ada upaya itu, walaupun maaf, kami menganggap itu terlambat, tidak sejak awal,” tutupnya.

Mureks