Lifestyle

Kemenag Imbau Masyarakat Refleksi Diri di Malam Tahun Baru 2026, Dorong Aksi Sosial dan Toleransi

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau masyarakat untuk tidak merayakan malam pergantian Tahun Baru 2026 secara berlebihan. Momentum pergantian tahun diminta dimaknai sebagai waktu untuk refleksi dan evaluasi diri, bukan sekadar pesta hura-hura.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kemenag, Abu Rokhmad, menyampaikan imbauan ini saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Senin (29/12/2025). Menurutnya, perayaan tahun baru sebaiknya diisi dengan kegiatan yang lebih bermakna.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

“Ya saya kira tahun baru kita tidak perlu berlebihan ya. Yang penting momentumnya pergantian tahun harus kita maknai sebagai satu momentum untuk merefleksikan diri, memperbaiki di tahun-tahun yang akan datang. Jadi tidak perlu pesta,” ujar Abu Rokhmad.

Abu Rokhmad juga mengajak masyarakat yang memiliki kelebihan rezeki untuk menyalurkannya ke kegiatan sosial. Bantuan tersebut, kata dia, dapat diberikan kepada saudara-saudara yang membutuhkan, khususnya di wilayah yang sedang terdampak musibah.

“Justru nanti kalau ada kelebihan rezeki bisa kita gunakan untuk membantu saudara-saudara kita yang ada di Aceh, di Sumatera Utara, Sumatera Barat,” tambahnya.

Kemenag Gelar Kegiatan Toleransi dan Layanan Nataru

Selain imbauan terkait malam tahun baru, Abu Rokhmad menjelaskan bahwa Kemenag melalui Bimas Islam juga menggelar sejumlah kegiatan dalam rangka mendukung perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) sekaligus menjaga toleransi antarumat beragama.

Salah satu kegiatan yang diinisiasi adalah aksi bersih-bersih rumah ibadah lintas agama. Kegiatan ini melibatkan pembersihan masjid dan gereja sebagai bentuk nyata perawatan kerukunan dan kepedulian terhadap lingkungan.

“Kita akan menggelar dua acara sekaligus. Yang pertama adalah bersih-bersih rumah ibadah lintas agama. Bersih-bersih masjid, bersih-bersih gereja. Saya kira itu satu kegiatan yang merupakan aksi nyata kita untuk merawat kerukunan sekaligus juga merawat lingkungan,” jelas Abu Rokhmad.

Kegiatan kedua adalah program rumah ibadah ramah pemudik, khususnya masjid ramah pemudik Nataru. Program ini ditujukan untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang melakukan perjalanan selama libur akhir tahun.

“Masjid ramah pemudik Nataru. Itu juga satu aksi nyata yang saya kira sangat berdampak baik bagi masyarakat. Apalagi yang mudik itu bukan hanya teman-teman yang beragama Kristen Katolik saja untuk merayakan Natal, tetapi juga ada momentum liburan juga,” ungkapnya.

Abu Rokhmad menegaskan bahwa libur akhir tahun juga dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, termasuk umat Islam. Oleh karena itu, kolaborasi lintas agama dinilai penting untuk terus menjaga dan merawat kerukunan nasional.

“Saya kira dua hal itu penting banget bagi Bimas Islam bersama-sama dengan umat agama lain, Kristen-Katolik terutama, untuk menjaga dan merawat kerukunan,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menyebut kegiatan serupa akan terus didorong ke depan. Apalagi, dalam waktu dekat umat Islam akan memasuki bulan Ramadan dan disusul dengan arus mudik Lebaran.

“Saya kira akan kita lakukan setiap tahun. Sebentar lagi pertengahan bulan Februari itu bulan puasa, berarti pertengahan bulan Maret juga akan ada mudik Lebaran. Nanti akan kita dorong kembali seperti tahun sebelumnya,” pungkas Abu Rokhmad.

Mureks