Keuangan

IHSG Melesat 1,01 Persen Jelang Tutup Tahun 2025, Didorong Saham Prajogo dan Salim

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan sebesar 1,01% atau 86,53 poin, mencapai level 8.624,44 pada perdagangan intraday Senin (29/12/2025) pukul 14.09 WIB. Kenaikan ini didukung oleh performa positif 480 saham, di tengah 234 saham yang melemah dan 244 saham yang tidak bergerak.

Nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia tercatat mencapai Rp 15,78 triliun, melibatkan 27,42 miliar saham yang diperdagangkan dalam 2,02 juta kali transaksi.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Emiten-emiten dari grup Salim, Bakrie, dan Prajogo Pangestu menjadi pendorong utama penguatan indeks. Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menyumbang 12,85 indeks poin, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 8,43 indeks poin, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) 8 indeks poin, dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) 6,76 indeks poin.

Bersamaan dengan itu, aliran modal asing terpantau deras menjelang penutupan tahun 2025. Sepanjang sesi pertama perdagangan, investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 1,7 triliun. Pergerakan positif dari emiten-emiten tersebut berhasil membendung koreksi yang terjadi pada saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).

Prospek Pasar di Pekan Terakhir 2025

Memasuki pekan terakhir perdagangan di tahun 2025, pelaku pasar akan mencermati sejumlah rilis data ekonomi penting, baik dari dalam negeri maupun global, yang berpotensi menjadi penggerak utama pasar. Meskipun hanya akan ada tiga hari perdagangan di pekan ini karena libur perayaan tahun baru, volatilitas pasar diperkirakan tetap meningkat.

Investor akan mencerna berbagai sinyal terkait arah ekonomi dan kebijakan moneter ke depan. Dari dalam negeri, perhatian akan tertuju pada rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember serta data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur.

Sementara itu, dari eksternal, pasar global akan mencermati perkembangan kebijakan moneter dan data ekonomi dari Jepang, China, hingga Amerika Serikat. Rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed, data inflasi AS, serta sinyal lanjutan dari Bank of Japan dan kondisi manufaktur China akan turut memengaruhi sentimen risiko global, pergerakan dolar AS, serta aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Mureks