Internasional

Gelombang Kekerasan Politik Guncang Bangladesh: Dua Pemimpin Aktivis Ditembak Jelang Pemilu Februari

Gelombang kekerasan politik kembali mengguncang Bangladesh setelah dua pemimpin aktivis terkemuka, Muhammad Motaleb Sikdar dan Sharif Osman Hadi, menjadi sasaran penembakan dalam rentang waktu singkat. Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan menjelang pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada Februari 2026.

Muhammad Motaleb Sikdar, seorang pemimpin gerakan mahasiswa dan pendiri utama sayap partai buruh Warga Negara Nasional, ditembak di kepala oleh penyerang tak dikenal di kota Khulna, selatan Bangladesh, pekan lalu. Serangan terjadi sekitar pukul 11.45 pagi di Sonadanga.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Sikdar sempat dilarikan ke Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Khulna sebelum dipindahkan ke pusat diagnostik swasta untuk pemindaian CT. Dokter menyatakan peluru menembus salah satu sisi telinga Sikdar dan keluar melalui sisi lainnya, sehingga ia tidak dalam bahaya langsung, namun masih dalam pengawasan intensif.

Saif Nawaz, seorang penyelenggara unit metropolitan Khulna, mengonfirmasi bahwa Sikdar adalah koordinator divisi Jatiya Sramik Shakti, platform buruh partai mahasiswa tersebut. Dikutip dari The Independent, Sikdar sedang terlibat dalam persiapan demonstrasi buruh yang akan datang saat insiden penembakan terjadi. Polisi Sonadanga menyatakan penyelidikan sedang dilakukan.

Serangan terhadap Sikdar menyusul kerusuhan yang pecah akibat pembunuhan Sharif Osman Hadi, pemimpin radikal berusia 32 tahun dan juru bicara platform Inqilab Manch, pekan sebelumnya. Hadi, yang dikenal luas saat aksi protes menggulingkan pemerintahan eks Perdana Menteri Sheikh Hasina pada 2024, ditembak oleh orang bersenjata bertopeng di Dhaka, ibu kota Bangladesh, pada 12 Desember saat berkampanye.

Setelah perawatan awal di Dhaka, Hadi diterbangkan ke Singapura, tempat ia meninggal dunia pada 18 Desember. Kematian Hadi memicu demonstrasi kekerasan di seluruh Bangladesh, dengan massa membakar dan merusak gedung, termasuk kantor surat kabar Prothom Alo dan The Daily Star. Para pengunjuk rasa juga menargetkan properti partai Awami League milik Hasina dan mencoba menuju misi diplomatik India di Dhaka, Rajshahi, dan Chattogram. Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa di beberapa lokasi.

Dalam kerusuhan tersebut, seorang pria Hindu bernama Dipu Chandra Das dipukul hingga tewas di Mymensingh karena tuduhan penistaan agama.

Bangladesh saat ini dipimpin oleh pemerintahan sementara yang dipimpin peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus sejak Agustus 2024. Pemerintahan ini dibentuk setelah eks PM Sheikh Hasina digulingkan dan melarikan diri ke India di tengah aksi demonstrasi besar-besaran. Pemerintah sementara kini menghadapi tekanan yang kian meningkat akibat lambannya pelaksanaan reformasi. Sementara itu, partai Hasina, Liga Awami, dilarang ikut serta dalam pemilu yang dijadwalkan pada 12 Februari mendatang.

Menyusul wafatnya Hadi, pemimpin sementara Bangladesh, Muhammad Yunus, mengumumkan hari berkabung nasional dan melakukan pemakaman di Universitas Dhaka. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Yunus mengatakan, Kepergiannya merupakan kehilangan yang tak tergantikan bagi kehidupan politik dan demokrasi bangsa. Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, berjanji akan melakukan penyelidikan secara transparan, serta memperingatkan bahwa kekerasan dapat merusak kredibilitas pemungutan suara. Pemerintah sementara menetapkan Sabtu sebagai hari berkabung nasional, dengan mengibarkan bendera setengah tiang dan menggelar doa bersama di seluruh negeri.

Mureks