Nasional

Emas Dunia Terkoreksi Usai Cetak Rekor Tertinggi USD4.526, Analis: Tren Penguatan Masih Terjaga

Pergerakan harga emas dunia (XAU/USD) mengalami penyesuaian pada awal pekan ini, Senin, 29 Desember 2025. Koreksi ini terjadi setelah logam mulia tersebut mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah di area mendekati USD4.526 pada perdagangan Rabu, 24 Desember 2025.

Pelemahan harga emas tercatat ke kisaran USD4.470 pada sesi Asia hari ini. Volatilitas pasar yang meningkat menjelang libur akhir tahun, diiringi menipisnya likuiditas, disebut menjadi pemicu koreksi tersebut. Meski demikian, secara mingguan emas masih membukukan kenaikan hampir 3%, mengindikasikan sentimen bullish belum sepenuhnya hilang.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Analis Dupoin Futures, Andy Nugraha, menilai pelemahan harga emas saat ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung jangka pendek setelah reli tajam. Menurutnya, dari sudut pandang teknikal, struktur pergerakan emas masih menunjukkan kecenderungan menguat.

“Selama harga bertahan di atas area support utama, dominasi pembeli masih terlihat cukup kuat. Koreksi yang terjadi sejauh ini bersifat sehat dan wajar dalam konteks tren naik,” ujar Andy dalam kajiannya.

Secara teknikal, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average masih mengonfirmasi bahwa XAU/USD berada dalam fase uptrend. Dupoin Futures memproyeksikan, apabila tekanan beli kembali meningkat, emas berpeluang melanjutkan penguatan menuju area USD4.575 sebagai target terdekat. Sebaliknya, apabila tekanan jual kembali mendominasi, area USD4.470 diperkirakan menjadi penopang awal pergerakan harga dalam jangka pendek.

Dari sisi fundamental, kinerja emas sepanjang tahun ini tercatat sangat impresif. Sejak awal tahun, harga logam mulia telah melonjak lebih dari 70%, menempatkannya pada jalur performa tahunan terbaik sejak akhir 1970-an. Penguatan tersebut didorong oleh tingginya permintaan aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik, risiko ekonomi global, serta meningkatnya aliran dana institusional ke pasar emas.

Faktor lain yang turut menopang reli emas adalah melemahnya dolar Amerika Serikat. Tekanan terhadap mata uang AS dipicu oleh kebijakan perdagangan proteksionis Presiden Donald Trump, serta sikap bank sentral AS yang semakin akomodatif. Sepanjang 2025, Federal Reserve telah memangkas suku bunga acuan secara total sebesar 75 basis poin, dan pelaku pasar masih memperkirakan adanya pemangkasan lanjutan pada tahun depan. Lingkungan suku bunga rendah ini membuat emas semakin menarik karena biaya peluang kepemilikannya menjadi lebih kecil.

Sementara itu, data ekonomi AS terbaru memberikan sinyal yang beragam. Klaim pengangguran awal tercatat menurun ke level 214 ribu, lebih rendah dari estimasi pasar. Namun, klaim pengangguran berkelanjutan justru meningkat menjadi 1,923 juta. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga Amerika Serikat tercatat solid di angka 4,3%, melampaui ekspektasi.

Andy memperkirakan harga emas berpotensi bergerak dalam rentang konsolidasi dalam jangka pendek, seiring minimnya katalis baru dan meningkatnya kecenderungan investor untuk mengamankan keuntungan menjelang pergantian tahun. Meski demikian, prospek jangka menengah hingga panjang dinilai masih konstruktif. Selama ketidakpastian global dan kebijakan moneter longgar tetap menjadi faktor dominan, peluang kelanjutan tren kenaikan emas hingga 2026 masih terbuka lebar.

Mureks