Nasional

Di Tengah Lumpur Sisa Banjir Padang, Jeli Hendri Mengabdi Ganda sebagai Tagana dan Pendidik

Advertisement

Hujan deras masih membasahi jalanan Kota Padang pada Sabtu, 27 Desember 2025. Di beberapa titik, genangan air belum sepenuhnya surut, sementara warga di kawasan lain sibuk membersihkan sisa lumpur. Tak terkecuali, Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 4 Kota Padang yang berlokasi di BBPPKS Padang, juga sempat terendam banjir dan menyisakan jejak lumpur basah.

Di tengah kondisi pemulihan ini, sosok Jeli Hendri menonjol. Ia adalah seorang Taruna Tanggap Bencana (Tagana) yang tak hanya siaga di lapangan, tetapi juga mengemban peran sebagai pendidik di SRMP 4 Kota Padang, menjadi figur ayah yang mengayomi siswa-siswi.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Keterlibatan Tanpa Menunggu Surat Tugas

Keterlibatan Jeli di SRMP 4 Kota Padang bermula dari informasi mengenai penyelenggaraan Sekolah Rakyat di beberapa titik di Sumatera Barat. Konsep pendidikan yang melibatkan pilar-pilar sosial, bukan hanya guru formal, menarik perhatiannya. Tanpa menunggu surat tugas resmi, ia langsung mendatangi sekolah dan menawarkan diri untuk bergabung.

Bagi Jeli, pengabdian tidak mengenal batas peran. Ia datang ke ruang kelas sebagaimana ia datang ke lokasi bencana, dengan kesigapan yang sama. Awalnya, ia membantu pembinaan Peraturan Baris Berbaris (PBB) hingga upacara bendera pertama di SRMP 4 Padang, dari situlah kedekatannya dengan anak-anak mulai terbangun.

Dari Garda Bencana ke Pembina Keagamaan

Sejak tahun 2006, Jeli aktif sebagai Tagana angkatan pertama di Sumatera Barat. Di sisi lain, ia juga tercatat sebagai guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di Kota Padang. Pengalaman inilah yang membuatnya ditunjuk sebagai pembina keagamaan di SRMP 4 Padang.

Jeli memulai tugasnya dengan memetakan kemampuan baca Al-Qur’an para siswa. Dari 146 anak, terdapat tiga siswa non-muslim, sementara sisanya dikelompokkan ke dalam enam kelompok kemampuan. Perhatian khusus Jeli tertuju pada kelompok keenam, yaitu 22 anak yang belum mampu membaca Al-Qur’an sama sekali.

“Kelompok inilah yang paling menyentuh hati saya,” ujar Jeli. Ia menyadari kegelisahan yang dirasakan oleh anak-anak tersebut, yang usianya telah beranjak remaja namun belum mampu membaca Al-Qur’an. Dengan metode Iqro, ia membimbing mereka, dan perkembangan mulai terlihat, meskipun prosesnya menuntut kesabaran dan waktu ekstra.

Advertisement

Mendidik Anak-anak seperti Mendampingi Penyintas Bencana

Pengalaman mendidik ini, menurut Jeli, tidak jauh berbeda dengan tugasnya di dunia kebencanaan. Selain turun langsung ke lapangan, ia juga merupakan bagian dari tim inti Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang kerap menerima penugasan langsung dari Kementerian Sosial RI. Prinsipnya sama, yakni mendampingi manusia yang sedang berada dalam kondisi rapuh.

“Mendidik anak-anak ini seperti mendampingi penyintas bencana. Mereka berada di fase pancaroba. Penuh gejolak. Tapi justru di situlah peran kita,” tegas Jeli, menggambarkan esensi perannya.

Menjalani peran ganda tentu bukan tanpa tantangan. Di sekolah, Jeli juga bertugas sebagai satuan pengamanan dengan sistem jam bergilir. Saat mendapat giliran malam, pagi harinya ia tetap hadir menjalankan tugas pendidikan. Sebaliknya, ketika siang hari penuh dengan aktivitas sekolah, malam harinya ia kembali ke lapangan jika dibutuhkan. Jika kondisi tidak memungkinkan, koordinasi dengan wali asuh dilakukan agar pembinaan keagamaan tidak terhenti.

Menanamkan Nilai Disiplin dan Kesiapsiagaan

Di luar ruang kelas, Jeli juga aktif membina Pramuka, kegiatan wajib bagi seluruh siswa SRMP 4. Bahkan sebelum menerima surat tugas resmi, ia telah membersamai anak-anak dalam kegiatan tersebut. Nilai disiplin, kesiapsiagaan, dan tanggung jawab – nilai yang sama saat ia mengenakan rompi Tagana – ia tanamkan secara konsisten.

Di tengah hujan yang masih turun dan kawasan sekitar sekolah yang baru pulih dari banjir, Jeli Hendri berdiri di antara dua medan pengabdian. Dari garis depan bencana hingga ruang kelas Sekolah Rakyat, ia membuktikan bahwa kesiapsiagaan tidak hanya tentang merespons keadaan darurat, tetapi juga tentang menjaga harapan dan membentuk masa depan anak-anak yang tumbuh di wilayah rawan risiko.

Advertisement
Mureks