Internasional

Di Balik Tirai Bambu: Kisah Mao Zedong Permalukan Nikita Khrushchev di Kolam Renang

Hubungan antara dua raksasa komunis abad ke-20, Uni Soviet dan China, ternyata tidak selalu harmonis. Diam-diam, kedua negara ini kerap terlibat perseteruan, terutama pada era 1950-an, yang dipicu oleh persaingan pengaruh global serta sengketa perbatasan.

Kala itu, China berada di bawah kepemimpinan Mao Zedong, sementara Uni Soviet dipimpin oleh Nikita Khrushchev. Pada 21 Juli 1958, Khrushchev tiba di Beijing untuk sebuah kunjungan rahasia yang bertujuan bertemu dengan Ketua Mao.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Namun, seperti yang diungkapkan dalam buku “Kehidupan Pribadi Ketua Mao” karya Li Zhi Sui, Mao Zedong telah menangkap maksud tersembunyi di balik kedatangan pemimpin Uni Soviet tersebut. “Tujuan mereka yang sebenarnya adalah untuk mengendalikan kita,” kata Mao.

Ia melanjutkan, “Mereka mencoba membelenggu kaki dan tangan-tangan kita.” Rusia juga dituding hanya memanfaatkan China dalam upaya meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat.

Meski demikian, sebagai seorang pemimpin, Mao tetap menjamu Khrushchev. Ia mengajak tamunya untuk berbincang di kolam renang rumah pribadinya. Mao, yang memang gemar berenang, sudah berada di tepi kolam dengan mengenakan baju renang.

Mao kemudian menawarkan Khrushchev celana renang yang tersedia di kamar ganti. Tanpa disangka, Khrushchev bersedia mengenakan celana renang dan diajak berenang, meskipun ia tidak bisa berenang. Akibatnya, pengaman dalam air dan pengawal presiden bersiaga penuh untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

Sekilas, tidak ada yang janggal dari pertemuan kedua pemimpin tersebut. Namun, setelah kembali ke negaranya, Khrushchev mengungkapkan rasa terhinanya atas perilaku Mao yang mengajaknya berenang. Insiden ini membuat pembicaraan serius menjadi tersendat.

Rencana Khrushchev untuk tinggal selama seminggu di Tiongkok pun terpaksa dipersingkat menjadi hanya tiga hari. Kepada orang terdekatnya, Mao mengakui bahwa ia memang memperlakukan Khrushchev “seperti seorang barbar yang datang untuk memberi upeti.”

Dengan bangga, Mao menambahkan, “Inilah salah satu cara untuk memberi pelajaran kepadanya.”

Mureks