Di tengah gempuran era digital yang kerap disebut-sebut mengikis minat baca generasi muda, kisah Dhani Ahmad Aqil, seorang mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Pamulang, menawarkan perspektif berbeda. Dhani membagikan pengalamannya dalam menumbuhkan kecintaan membaca, sebuah perjalanan yang bermula dari tuntutan tugas hingga menemukan perpustakaan sebagai ruang belajar yang relevan.
Transformasi dari Gawai ke Buku
Dhani mengakui, sebagai pelajar SMK, ia sempat terjerat dalam kebiasaan menghabiskan waktu dengan gawai dan media sosial. Perpustakaan, baginya, hanyalah tempat formal untuk meminjam buku pelajaran. Namun, pandangannya mulai berubah seiring waktu.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Titik balik tersebut terjadi ketika perpustakaan sekolahnya mulai menyediakan koleksi buku yang lebih beragam. Tidak hanya buku pelajaran, tersedia pula buku-buku pengembangan diri, teknologi, hingga cerita inspiratif. “Buku-buku tersebut membuat saya tertarik untuk membaca bukan karena kewajiban, tetapi karena rasa ingin tahu,” ungkap Dhani, menggambarkan awal mula minat bacanya tumbuh secara perlahan.
Peran Suasana dan Adaptasi Digital Perpustakaan
Selain koleksi yang menarik, suasana perpustakaan juga memainkan peran krusial. Lingkungan yang nyaman, tertata rapi, dan adanya ruang baca yang kondusif membuat Dhani betah berlama-lama. Ia membandingkan efektivitas belajar di perpustakaan dengan di rumah yang penuh gangguan notifikasi ponsel. “Membaca di perpustakaan membantu saya lebih fokus dan memahami isi bacaan,” jelasnya.
Perpustakaan, menurut Dhani, juga menunjukkan adaptasinya terhadap era digital. Fasilitas akses internet dan referensi digital yang disediakan sangat membantu dirinya sebagai siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Hal ini memungkinkan Dhani mencari referensi tambahan untuk pelajaran dan proyek sekolah. “Perpustakaan tidak lagi terasa ketinggalan zaman, melainkan menjadi pendukung pembelajaran modern,” ujarnya.
Perpustakaan: Ruang Belajar Relevan bagi Generasi Muda
Dari pengalaman pribadinya, Dhani menyimpulkan bahwa perpustakaan memiliki peran vital dalam menumbuhkan minat baca generasi muda. Dengan kombinasi suasana yang nyaman, koleksi yang relevan, serta dukungan fasilitas digital, perpustakaan mampu bertransformasi menjadi tempat yang menarik bagi pelajar di tengah derasnya arus teknologi.
Ia mengajak generasi muda untuk mengubah pandangan terhadap perpustakaan. “Kita perlu memandang perpustakaan bukan sebagai tempat yang membosankan, tetapi sebagai ruang belajar dan pengembangan diri,” tegas Dhani. Pengalamannya menjadi bukti nyata bahwa dengan pendekatan yang tepat, perpustakaan dapat menjadi katalisator minat baca, bahkan di era yang didominasi oleh perangkat digital.






