Keuangan

Burhanuddin Abdullah: Indonesia Masih Tertinggal dalam Indeks Penting, Potensi Anak Baru 56%

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah menyoroti perjalanan ekonomi Indonesia sepanjang satu tahun terakhir. Ia menekankan pentingnya refleksi akhir tahun sebagai cara bangsa menimbang dan memahami perjalanan kolektif yang telah dilalui.

Dalam forum Refleksi Akhir Tahun 2025 untuk Membangun Masa Depan di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (29/12/2025), Burhanuddin mengapresiasi berbagai upaya pembangunan. “Catatan perjalanan Indonesia dalam satu tahun terakhir patut diapresiasi. Berbagai langkah pembangunan yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, BUMN, UMKM, koperasi, dan masyarakat menunjukkan upaya bersama menuju perbaikan kualitas hidup,” ujar Burhanuddin, yang juga Board of Advisors Prasasti Center for Policy Studies dan Ketua Dewan Pembina BACenter.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Ia mencontohkan program pemenuhan gizi dan penguatan ekonomi desa sebagai inisiatif yang diharapkan mampu membentuk generasi muda yang lebih sehat, tangkas, dan cerdas dalam jangka menengah hingga panjang.

Tantangan dan Indikator Keterlambatan

Meski demikian, Burhanuddin mengingatkan bahwa jalan ke depan masih panjang dan terjal. Sejumlah indikator global menunjukkan Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga.

Dalam Global Talent Competitiveness Index, posisi Indonesia menurun dari peringkat 65 pada tahun 2020 menjadi 73 pada tahun 2024. Sementara itu, dalam Human Capital Index, capaian Indonesia baru mencapai 0,56, angka yang masih tertinggal dari Malaysia dan Vietnam.

“Artinya, seorang anak Indonesia saat ini baru tumbuh dengan sekitar 56% dari potensi produktivitas maksimalnya di masa depan,” tambah Burhanuddin, menjelaskan implikasi dari rendahnya Human Capital Index tersebut.

Pesan untuk Pengelolaan Sumber Daya dan Solidaritas

Burhanuddin juga berpesan agar pemerintah senantiasa menata kelola sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan. Hal ini penting agar pembangunan tidak menimbulkan kerentanan dampak bencana di masa depan.

Prasasti dan BACenter berharap refleksi akhir tahun ini dapat menjadi pijakan intelektual dan moral bagi para pemangku kepentingan. Tujuannya adalah untuk menatap masa depan Indonesia dengan keberanian melakukan lompatan besar, konsistensi arah pembangunan, dan peneguhan nilai-nilai kemanusiaan sebagai fondasi peradaban.

Forum renungan akhir tahun tersebut diselenggarakan dengan keprihatinan mendalam atas bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Burhanuddin mengapresiasi partisipasi publik yang tinggi dalam membantu pemerintah melakukan penanggulangan dan pemulihan pascabencana.

“Kami mengapresiasi semangat gotong royong dan kerja sama masyarakat yang muncul sebagai kekuatan sosial kita dalam berbangsa,” tutup Burhanuddin.

Mureks