Nasional

Bukan Sekadar Jodoh: Sains Ungkap Rahasia Ilmiah di Balik Hubungan yang Langgeng dan Berkualitas

Advertisement

Sabtu, 27 Desember 2025 – Pertanyaan klasik seputar rahasia hubungan yang langgeng dan berkualitas seringkali terjawab dengan klise seperti “jodoh” atau “keberuntungan”. Namun, di balik romansa yang seringkali naik turun bak roller coaster, sains justru menawarkan perspektif yang lebih konkret. Para peneliti telah memetakan prinsip-prinsip penting yang memungkinkan sebuah relasi tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang seiring waktu.

Menyirami Taman Hubungan: Teori Pemeliharaan Relasi

Kunci untuk memahami dinamika ini terletak pada Konsep Teori Pemeliharaan Hubungan (Relational Maintenance Theory). Pemikiran ini dicetuskan oleh Daniel Canary dan Laura Stafford pada tahun 1990 melalui bukunya yang berjudul “Maintaining Relationship Through Communication”. Teori ini mengibaratkan hubungan layaknya taman yang indah; ia tidak akan lestari dengan sendirinya, melainkan membutuhkan penyiraman, pemupukan, dan perawatan rutin.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Demikian pula hubungan, butuh strategi dan tindakan aktif dari kedua belah pihak untuk menjaga kehangatan, stabilitas, dan kepuasan. Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa pria dan wanita seringkali memiliki “pedoman” perawatan yang sedikit berbeda. Wanita cenderung memprioritaskan perasaan emosional yang terhubung dan obrolan mendalam, sementara pria mungkin lebih sering menunjukkan kasih sayang melalui solusi praktis dan aktivitas bersama.

Perbedaan ini bukanlah kelemahan, melainkan keragaman gaya cinta. Kuncinya terletak pada sikap saling mengenali dan mengapresiasi gaya pasangan, lalu mencari titik temu. Dengan memahami teori ini, kita menyadari bahwa cinta yang langgeng adalah pilihan dan usaha, bukan hanya perasaan pasif.

Komunikasi Efektif: Saluran Air Kehidupan Relasi

Jika hubungan adalah taman, maka komunikasi adalah saluran airnya. Tanpa komunikasi yang efektif, segalanya bisa layu, kering, dan akhirnya mati. Komunikasi efektif sendiri terdiri dari dua jalur utama: verbal (kata-kata) dan non-verbal (bahasa tubuh).

Dalam berdialog, penting untuk menguasai seni bertutur dan mendengar. Alih-alih menuduh, penggunaan “Pernyataan Aku” (I statements) dapat menjadi solusi. Misalnya, daripada berdebat dan menuduh “Kamu terlambat lagi, kenapa sih?”, akan lebih baik jika diucapkan “Aku merasa khawatir jika kamu telat dan tidak berkabar.” Pendekatan ini mengutarakan perasaan tanpa menyalahkan.

Setelah mengutarakan pendapat, menjadi pendengar yang aktif adalah krusial. Hindari menyela dan upayakan untuk fokus pada apa yang sedang dibicarakan oleh pasangan. Mengulangi perkataan pasangan dengan bahasa sendiri juga akan memvalidasi bahwa Anda memahami perspektif mereka.

Selain itu, waspadai “bahasa diam” yang keras. Senyuman, pelukan, atau tatapan penuh perhatian bisa lebih bermakna dari seribu kata. Sebaliknya, tangan yang terlipat, tatapan menghindar, atau ekspresi dingin bisa mengirimkan sinyal penolakan, meski mulut berkata “tidak apa-apa”. Seperti yang diteliti oleh Nofali & Gasim (2024), kesadaran akan strategi komunikasi non-verbal ini penting untuk interaksi pasangan yang sehat.

Intinya, komunikasi bukan tentang siapa yang menang, tetapi tentang memahami dan dipahami. Dengan jembatan komunikasi yang kuat, pasangan lebih siap menghadapi badai konflik yang pasti datang.

Mengubah Konflik Menjadi Perekat Hubungan

Konflik dalam hubungan adalah hal yang wajar dan bahkan sehat. Permasalahannya bukan pada konfliknya, melainkan pada cara kita mengelolanya. Salah satu teknik yang terbukti efektif adalah menjadwalkan “rapat” konflik. Ini adalah pembicaraan mendalam yang membahas permasalahan yang sedang terjadi, namun dilakukan saat emosi sudah mereda.

Advertisement

Misalnya, ketika ketegangan memuncak, salah satu pihak bisa berkata, “Aku mau bahas ini, tapi kita tenang dulu ya. Bagaimana kalau nanti malam kita bicara?” Pendekatan ini mencegah ledakan emosi yang kontraproduktif.

Pendekatan gender juga bisa muncul dalam resolusi konflik. Seperti diungkapkan Jason (2023), wanita mungkin lebih menekankan kolaborasi dan komunikasi untuk menyelesaikan konflik, sementara pria cenderung ke solusi langsung dan tegas. Kuncinya adalah melihat ini sebagai duet, bukan duel. Gabungkan kekuatan kedua gaya tersebut: bicarakan perasaan (gaya kolaboratif) dan tentukan langkah konkret untuk perbaikan (gaya solutif).

Membangun Rumah Hati: Dukungan Emosional dan Keintiman

Setelah konflik reda, yang dibutuhkan adalah ruang aman secara emosional. Dukungan emosional adalah kemampuan untuk membuat pasangan merasa didengar, dipahami, dan dihargai, bukan selalu diberi solusi. Terkadang, yang dibutuhkan hanyalah pelukan dan ucapan, “Pasti berat ya hari ini, aku di sini untukmu.”

Dari dukungan inilah keintiman tumbuh. Keintiman bukan hanya soal jarak fisik, tetapi lebih pada kedalaman keterhubungan emosional—berbagi cerita, ketakutan, mimpi, dan tawa. Penelitian Kapadia dkk (2020) menunjukkan, ketika kebutuhan dukungan emosional terpenuhi, kualitas hubungan meningkat pesat.

Pilar Utama: Kepercayaan dan Komitmen

Dua pilar utama yang membuat rumah hubungan tidak roboh adalah kepercayaan dan komitmen. Kepercayaan dibangun dari konsistensi: keyakinan bahwa pasangan Anda reliable, jujur, dan punya niat baik. Ini dibangun dari hal kecil seperti menepati janji, bersikap terbuka, dan setia.

Sementara itu, komitmen adalah pilihan aktif untuk mempertahankan dan berinvestasi pada hubungan di masa depan, meski ada tantangan. Ini adalah tekad bahwa “kita adalah satu tim.”

Menghadapi Pengaruh Eksternal sebagai Tim

Hubungan tidak hidup dalam gelembung. Keberlangsungannya dapat dipengaruhi lingkungan sekitar, mulai dari pertemanan, keluarga, hingga budaya dan norma sosial. Penting bagi masing-masing pasangan untuk menyortir permasalahan yang harus diperbaiki bersama atau secara pribadi.

Kunci menghadapinya adalah menjadi “benteng” satu sama lain. Diskusikan tekanan dari luar sebagai tim, cari solusi bersama, dan tetapkan batasan yang sehat terhadap intervensi pihak ketiga.

Advertisement
Mureks