Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi mengumumkan pemensiunan nama Siklon Tropis Seroja. Keputusan ini diambil menyusul dampak kerusakan masif yang ditimbulkan oleh siklon tersebut saat melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2021.
Dampak Kerusakan dan Kategori Siklon
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menjelaskan bahwa Siklon Seroja dikategorikan sebagai siklon tropis kategori 2. Kekuatan ini menjadikannya salah satu siklon paling merusak yang pernah tercatat di wilayah Indonesia.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
“Siklon Seroja tahun 2021 di NTT itu kategori 2. Sehingga namanya sekarang dipensiunkan, tidak kita namakan lagi siklon dengan nama Seroja karena efeknya yang sangat merusak,” ujar Faisal dalam konferensi pers virtual yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB pada Senin (29/12/2025).
Pemensiunan nama siklon merupakan praktik standar yang dilakukan oleh badan meteorologi di seluruh dunia, termasuk BMKG. Hal ini bertujuan untuk menghindari trauma bagi para penyintas bencana dan sebagai catatan sejarah atas peristiwa alam yang sangat merusak.
BMKG sendiri memiliki daftar nama siklon yang diambil dari nama buah dan bunga khas Indonesia, yang digunakan secara bergiliran. Contoh terbaru adalah Siklon Tropis Bakung yang terjadi pada pertengahan Desember 2025.
Sejarah Siklon di Indonesia
Faisal Fathani lebih lanjut memaparkan, dalam kurun waktu 55 tahun terakhir, hanya lima siklon tropis yang tercatat terjadi di dekat atau melintasi wilayah Indonesia. Siklon-siklon tersebut meliputi:
- Siklon Vamei di Aceh pada tahun 2001
- Siklon Cempaka dan Dahlia di wilayah selatan Jawa pada tahun 2017
- Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2021
- Siklon Senyar pada tahun 2025
Dari kelima siklon tersebut, hanya Siklon Seroja yang mencapai kategori 2. “Ini di Indonesia hanya kategori 1, kecuali yang Siklon Seroja masuk dalam kategori 2. Adapun maksimal kekuatan siklon sendiri yang terbesar dan paling merusak adalah kategori 5,” jelas Faisal.
Dampak Siklon Seroja di NTT sangat parah, memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor. Tercatat 181 orang meninggal dunia dan 47 orang dinyatakan hilang. Selain itu, lebih dari 4.000 rumah mengalami kerusakan parah akibat terjangan air dan angin kencang.
Indonesia Bukan Wilayah Rawan Siklon
Meskipun demikian, Faisal menegaskan bahwa Indonesia pada dasarnya bukan wilayah yang rawan terhadap siklon tropis. Hal ini disebabkan posisi geografis Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa.
“Indonesia itu sesungguhnya bukan daerah yang rawan terhadap siklon tropis ya karena berada di daerah khatulistiwa. Akibat perputaran bumi, ada efek Coriolis yang membuat siklon itu akan berbelok dan melemah ketika memasuki daerah khatulistiwa,” pungkasnya.






