Internasional

Bayi 14 Hari di Gaza Meninggal Akibat Hipotermia di Pengungsian, Dingin Ekstrem Mencekam

Advertisement

Seorang bayi berusia 14 hari di Jalur Gaza, Palestina, meninggal dunia akibat hipotermia di tengah kondisi pengungsian yang memprihatinkan dan cuaca dingin ekstrem. Mohammed Khalil Abu al-Khair, nama bayi malang itu, menghembuskan napas terakhirnya pada 15 Desember 2025.

Tragedi ini menambah daftar panjang korban anak-anak akibat krisis kemanusiaan di wilayah tersebut, bahkan setelah gencatan senjata diberlakukan. Serangan besar-besaran Israel sebelumnya telah menyebabkan duka mendalam bagi warga Gaza.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Eman Abu al-Khair (34), ibu dari Mohammed, masih tak percaya kehilangan bayinya yang hanya hidup selama 14 hari. Ia terus menangis sambil menggenggam tas kecil berisi pakaian mendiang anaknya.

“Aku masih bisa mendengar tangisan kecilnya di telingaku. Aku tidur dan terlelap, tidak percaya bahwa tangisannya dan membangunkanku di malam hari tidak akan pernah terjadi lagi,” tutur Eman, seperti dilansir Al-Jazeera pada Minggu (21/12/2025).

Kisah pilu keluarga ini bermula pada larut malam tanggal 13 Desember di al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Mereka terpaksa mengungsi dari rumah mereka di sebelah timur Khan Younis yang hancur akibat serangan Israel.

Saat itu, Eman menidurkan bayinya. Namun, ketika ia terbangun untuk memeriksanya, kondisi Mohammed sangat mengkhawatirkan. Suhu udara telah turun drastis, dan tanpa tempat berlindung atau pakaian yang layak untuk bayi baru lahir, Mohammed tak memiliki perlindungan.

“Tubuhnya dingin seperti es. Tangan dan kakinya membeku, wajahnya kaku dan kekuningan, dan dia hampir tidak bernapas. Saya segera membangunkan suami saya agar kami bisa membawanya ke rumah sakit, tetapi ia tidak dapat menemukan alat transportasi untuk membawa kami ke sana,” kenang Eman.

Malam itu, hujan deras masih mengguyur, membuat perjalanan menuju rumah sakit mustahil bahkan dengan berjalan kaki. “Begitu fajar menyingsing, kami bergegas dengan gerobak yang ditarik hewan menuju rumah sakit. Namun sayangnya, kami tiba terlambat. Kondisinya sudah kritis,” tambahnya.

Advertisement

Staf medis di Rumah Sakit Bulan Sabit Merah di Khan Younis terkejut melihat kondisi bayi Mohammed yang memburuk. Wajahnya membiru sepenuhnya dan ia mengalami kejang-kejang, sehingga dokter segera membawanya ke unit perawatan intensif anak.

Mohammed menghabiskan dua hari di unit perawatan intensif dengan ventilator sebelum akhirnya meninggal dunia pada 15 Desember 2025.

“Bayi saya tidak memiliki masalah medis. Hasil tesnya tidak menunjukkan penyakit apa pun. Tubuh mungilnya tidak mampu menahan dingin yang ekstrem di dalam tenda,” ujar Eman sambil terus menangis.

Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi kematian bayi Mohammed Khalil Abu al-Khair, berusia dua minggu, akibat hipotermia akut yang disebabkan oleh penurunan suhu tubuh yang parah. Kondisi ini diperparah oleh cuaca buruk dan kerasnya kehidupan di pengungsian.

“Anak itu, Abu al-Khair, tiba di rumah sakit dua hari yang lalu dan dirawat di unit perawatan intensif, tetapi ia meninggal kemarin,” demikian pernyataan kementerian tersebut.

Dengan kematian Mohammed, jumlah anak yang meninggal akibat cuaca dingin di Gaza telah meningkat menjadi empat orang sepanjang bulan ini. Kementerian sebelumnya telah mengumumkan tiga kematian serupa selama minggu sebelumnya.

Advertisement
Mureks