Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), Bambang Soesatyo (Bamsoet), mendorong industri direct selling atau penjualan langsung untuk menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menilai sektor ini memiliki peluang besar di tengah perlambatan ekonomi global.
Menurut Bamsoet, direct selling menawarkan model usaha yang adaptif. Fleksibilitas waktu, kebutuhan modal yang terjangkau, serta kemampuan menjangkau konsumen secara langsung membuat industri ini tetap bergerak ketika banyak sektor formal menghadapi tekanan.
“Direct selling memberi peluang bagi masyarakat untuk tetap produktif dan memperoleh penghasilan tanpa terikat jam kerja kaku. Di saat lapangan kerja formal menyempit, direct selling hadir sebagai alternatif nyata. Jutaan orang bisa tetap bergerak, tetap berpenghasilan, dan tetap berkontribusi pada ekonomi,” ujar Bamsoet saat menghadiri APLI Awards 2025 di Jakarta, Sabtu (13/12/) malam.
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini memaparkan data Kementerian Perdagangan yang menunjukkan industri direct selling di Indonesia melibatkan sekitar 5,3 juta mitra usaha dan berkontribusi lebih dari Rp 16 triliun terhadap penerimaan negara.
Secara global, data World Federation of Direct Selling Associations (WFDSA) mencatat nilai penjualan langsung dunia pada tahun 2024 mencapai sekitar US$ 164 miliar dengan lebih dari 104 juta distributor independen. Lebih dari 72 persen pelaku direct selling di dunia adalah perempuan.
“Menariknya, lebih dari 72 persen pelaku direct selling di dunia adalah perempuan. Artinya, sektor ini juga berperan besar dalam pemberdayaan ekonomi keluarga. Direct selling sering dianggap sepele, padahal memiliki dampak luas,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menjelaskan, kekuatan utama direct selling terletak pada kemampuannya menyerap tenaga kerja secara luas, terutama di segmen non-formal. Ibu rumah tangga, mahasiswa, pekerja paruh waktu, hingga pelaku usaha mikro dapat masuk ke ekosistem ini tanpa prosedur berbelit.
Selain penghasilan, para mitra juga mendapatkan pengalaman kewirausahaan, mulai dari pemasaran, komunikasi, hingga pengelolaan jaringan pelanggan. Bamsoet menekankan pentingnya tata kelola yang sehat dalam industri ini.
“Potensi besar tersebut harus diiringi dengan tata kelola yang sehat. Pertumbuhan industri direct selling tidak boleh hanya diukur dari bertambahnya jumlah mitra, melainkan dari kuatnya penjualan produk nyata dan kepuasan konsumen,” papar Bamsoet.
Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, masa depan industri direct selling Indonesia akan ditentukan oleh tiga hal utama: inovasi, kepercayaan, dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Inovasi diperlukan agar industri mampu bersaing di era digital. Kepercayaan menjadi fondasi agar masyarakat mau terlibat dan berbelanja. Sementara pertumbuhan berkelanjutan memastikan manfaat ekonomi dirasakan luas.
“Jika dikelola dengan benar, direct selling bisa menjadi salah satu pilar ekonomi inklusif Indonesia. Bukan sekadar sarana jualan, tetapi wadah pemberdayaan ekonomi masyarakat di tengah tantangan global,” pungkas Bamsoet.
Acara APLI Awards 2025 turut dihadiri oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Iqbal Soffan Shofwan; Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan, Septo Soepriyatno; Ketum APLI, Andam Dewi; serta Sekjen APLI, Ina Rachman.





