Internasional

Warga Perbatasan Thailand-Kamboja Enggan Pulang Meski Gencatan Senjata Diumumkan, Trauma Konflik Berulang

Warga di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja masih diliputi ketakutan untuk kembali ke rumah mereka, meskipun kedua negara telah menyepakati gencatan senjata. Konflik bersenjata yang berlangsung selama tiga pekan terakhir telah menyebabkan trauma mendalam dan kekhawatiran akan pecahnya kembali pertempuran.

Di sebuah universitas di Kota Surin, Thailand, yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan pengungsi, Kanlaya Somjettana (21) mengungkapkan keraguannya. “Sebagian orang sudah mulai pulang, tetapi banyak yang masih menunggu konfirmasi bahwa situasi aman,” kata Kanlaya, Minggu (28/12), merujuk pada beberapa pengungsi yang mulai kembali sehari setelah gencatan senjata diumumkan.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Kanlaya berharap gencatan senjata ini dapat bertahan lama, namun ia menegaskan tidak akan kembali ke rumah sebelum ada jaminan keamanan resmi dari pihak berwenang. Ia juga mencatat bahwa jumlah pengungsi di lokasi penampungan mulai berkurang, meski ratusan orang masih memilih untuk bertahan.

Kekhawatiran Serupa di Sisi Kamboja

Kekhawatiran serupa juga dirasakan oleh warga di sisi Kamboja. So Choeun (35), seorang perempuan yang tengah menanti kelahiran bayinya, berharap bisa segera membawa buah hatinya pulang ke rumah yang berjarak sekitar satu kilometer dari perbatasan.

Namun, ia masih bertahan di bawah tenda darurat di sebuah pagoda Buddha di Provinsi Banteay Meanchey. “Meskipun ada gencatan senjata, kami belum berani pulang. Kami masih takut,” ujar So Choeun.

So Choeun menambahkan, keluarganya akan menunggu beberapa hari ke depan untuk memastikan situasi tetap tenang. Ia menceritakan bahwa suara ledakan masih terdengar hingga Sabtu pagi, namun sejak siang hari suara tersebut tidak lagi terdengar.

Pejabat dari kedua negara menyatakan bahwa gencatan senjata yang baru berjalan sehari masih bertahan hingga Minggu. Meskipun demikian, belum ada pemberitahuan resmi yang menyatakan bahwa seluruh wilayah perbatasan telah dinyatakan aman sepenuhnya.

Konflik Berulang dan Upaya Mediasi

Gencatan senjata ini menyusul tiga pekan bentrokan lintas batas yang menewaskan sedikitnya 47 orang dan memaksa lebih dari satu juta warga mengungsi di Thailand dan Kamboja. Bentrokan terbaru ini juga mengingatkan pada konflik serupa pada Juli lalu, ketika gencatan senjata sempat disepakati namun kemudian dilanggar.

China turut terlibat dalam upaya mediasi antara kedua negara. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dijadwalkan memfasilitasi pertemuan menteri luar negeri Thailand dan Kamboja di Provinsi Yunnan. Wang menyebut gencatan senjata sebagai langkah awal untuk membangun kembali perdamaian dan kepercayaan di kawasan tersebut.

Di tengah ketidakpastian, sebagian warga terpaksa pulang meskipun rasa takut masih menghantui. Petani padi dan singkong asal Thailand, Saichon Wongpitak, mengatakan tidak bisa menunggu lebih lama karena pekerjaan dan ternaknya berada di rumah. “Kami takut, tetapi kami punya pekerjaan dan ternak di rumah,” ujar Saichon, seraya menambahkan bahwa keluarganya siap mengungsi kembali jika situasi memburuk.

Sementara itu, Kot Ngik (43), warga Kamboja, menyatakan gencatan senjata memberinya harapan agar anak-anak bisa kembali bersekolah. Namun, ia mengaku belum sepenuhnya percaya situasi akan bertahan damai. “Kami belum yakin dengan keadaannya. Pertempuran bisa terjadi lagi kapan saja,” katanya.

Mureks