Internasional

Mantan Miliarder Rusia Ungkap Taktik Putin Jaring Dukungan Pengusaha di Tengah Sanksi Barat

Jumlah miliarder di Rusia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah di tengah konflik berkepanjangan di Ukraina. Namun, di balik peningkatan kekayaan tersebut, para pengusaha super kaya di Rusia ini justru kehilangan suara politik mereka. Para oligarki yang dulunya sangat berpengaruh kini diam-diam menjadi pendukung setia Kremlin.

Sanksi-sanksi Barat yang diharapkan dapat melemahkan dukungan elit ekonomi terhadap Presiden Vladimir Putin justru gagal membuat para miliarder ini menjadi oposisi. Melalui tekanan keras dan imbalan ekonomi, Putin berhasil memastikan mereka tetap berada di barisan pemerintah.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Taktik Putin Membungkam Pembangkang

Mantan miliarder perbankan, Oleg Tinkov, menjadi saksi langsung bagaimana sistem Putin bekerja. Sehari setelah ia mengkritik perang sebagai tindakan “gila” melalui unggahan di Instagram, para eksekutifnya dihubungi oleh Kremlin. Mereka diberi tahu bahwa Tinkoff Bank, bank terbesar kedua di Rusia saat itu, akan dinasionalisasi kecuali semua hubungan dengan pendirinya diputus.

“Saya tidak bisa membahas harga. Seperti sandra kami ambil apa yang ditawarkan, saya tidak bisa menawar,” kata Oleg, mengutip laporan BBC pada Minggu (28/12/2025).

Dalam waktu seminggu, lanjut Tinkov, perusahaan yang terkait dengan Vladimir Potanin, salah satu pebisnis terkaya kelima di Rusia yang memasok nikel untuk jet tempur, mengumumkan pembelian bank tersebut. Tinkoff Bank dijual hanya seharga 3% dari nilai sebenarnya. Pada akhirnya, Tinkov kehilangan hampir US$9 miliar dari kekayaannya dan terpaksa meninggalkan Rusia.

Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan sebelum Putin menjadi presiden. Setelah pecahnya Uni Soviet, beberapa orang Rusia menjadi sangat kaya dengan mengambil alih perusahaan besar yang sebelumnya milik negara, serta memanfaatkan peluang kapitalisme yang baru berkembang.

Boris Berezovsky, salah satu oligarki paling kuat yang pernah mengklaim berperan dalam menghantarkan Putin ke kursi presiden pada tahun 2000, kemudian bertahun-tahun meminta maaf atas hak tersebut. Setelah permintaan maafnya, Berezovsky ditemukan tewas dalam kondisi misterius saat mengasingkan diri di Inggris. Sejak awal masa kekuasaannya, Putin secara sistematis melucuti pengaruh politik para oligarki. Mereka yang melawan garis Kremlin dihukum, seperti Mikhail Khodorkovsky, mantan orang terkaya Rusia yang dipenjara selama 10 tahun setelah mendukung gerakan pro-demokrasi.

Ekonomi Perang Menguntungkan Loyalis

Presiden Putin sempat mengumpulkan orang-orang terkaya Rusia di Kremlin beberapa jam setelah memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa meski tindakan tersebut akan berdampak pada kekayaan mereka.

“Saya harap dalam kondisi baru ini, kita akan bekerja sama sebaik sebelumnya, dan tetap efektif,” kata Putin saat itu.

Seorang jurnalis juga menggambarkan para miliarder yang dikumpulkan terlihat pucat dan kurang tidur. Menurut majalah Forbes, dalam setahun hingga April 2022, jumlah mereka turun dari 117 menjadi 83 akibat perang, sanksi, dan melemahnya rubel. Secara kolektif, mereka kehilangan US$263 miliar, atau sekitar 27% kekayaan masing-masing.

Namun, tahun-tahun berikutnya menunjukkan keuntungan besar bagi mereka yang menjadi bagian dari ekonomi perang Putin. Pengeluaran besar untuk perang mendorong pertumbuhan ekonomi Rusia lebih dari 4% per tahun pada 2023 dan 2024. Ini menguntungkan bahkan bagi miliarder Rusia yang tidak langsung mendapat kontrak pertahanan.

Pada 2024, lebih dari setengah miliarder Rusia berperan dalam memasok militer atau mendapat keuntungan dari invasi, kata Giacomo Tognini dari tim Forbes Wealth. “Itu belum termasuk mereka yang tidak terlibat langsung, tapi tetap perlu hubungan dengan Kremlin. Bisa dikatakan, siapa pun yang menjalankan bisnis di Rusia perlu memiliki hubungan dengan pemerintah,” ujarnya kepada BBC.

Tahun ini, jumlah miliarder di Rusia mencapai rekor tertinggi 140, menurut daftar Forbes. Kekayaan kolektif mereka mencapai US$580 miliar, hanya US$3 miliar di bawah rekor tertinggi sebelumnya.

Sanksi Barat Justru Perkuat Putin

Sambil membiarkan para loyalis meraup keuntungan, Putin secara konsisten menghukum mereka yang menolak mengikuti arahnya. Namun, sejak invasi, hampir semua orang super kaya Rusia tetap diam, dan sedikit yang menentangnya secara publik. Bahkan jika itu dilakukan, tak sedikit pula yang harus meninggalkan negara dan sebagian besar kekayaannya.

Upaya sanksi negara-negara Barat yang mencoba membuat mereka menjadi oposisi Putin juga gagal. Kekayaan mereka tetap ada dan tidak terjadi pembangkangan.

“Barat melakukan segala cara untuk memastikan miliarder Rusia tetap bersatu di belakang bendera,” kata Alexander Kolyandr dari Center for European Policy Analysis (CEPA). “Tidak ada rencana, ide, atau jalan jelas bagi mereka untuk meninggalkan kapal. Aset disanksi, rekening dibekukan, properti disita. Semua itu efektif membantu Putin memobilisasi miliarder, aset, dan uang mereka untuk mendukung ekonomi perang Rusia,” ujarnya kepada BBC.

Giacomo Tognini dari Forbes juga menyebut pada 2024 ada 11 miliarder baru muncul di Rusia dengan cara ini. Keluarnya perusahaan asing pasca-invasi dari Rusia menciptakan kekosongan yang dapat diisi oleh pengusaha pro-Kremlin. Mereka diberi izin untuk membeli aset menguntungkan dengan harga murah, sehingga menciptakan “tentara loyalis berpengaruh dan aktif baru,” menurut Alexandra Prokopenko dari Carnegie Russia Eurasia Center.

Mureks