Ribuan penduduk dan bangunan di Kiruna, sebuah kota di ujung utara Swedia, tengah menjalani proses relokasi besar-besaran. Pemindahan ini dipicu oleh perluasan tambang bijih besi bawah tanah milik perusahaan negara LKAB yang menyebabkan penurunan tanah di area kota.
Proyek relokasi ini, yang dianggap sebagai salah satu transformasi perkotaan paling radikal di dunia, melibatkan pembangunan permukiman baru sekitar 3 kilometer di sebelah timur kota lama. Proses ini diperkirakan akan rampung pada tahun 2035.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
“Ini adalah tempat yang tampak eksotis bagi banyak orang dan, dalam beberapa hal, saya kira memang demikian,” kata Jennie Sjöholm, dosen senior di Universitas Gothenburg, Swedia, pada Senin (29/12/2025). “Tetapi juga merupakan kota kecil seperti banyak kota kecil lainnya- berjuang dengan apa yang mereka hadapi dan menghadapi tantangan karena sangat bergantung pada satu perusahaan,” tambahnya.
Sejarah dan Peran Strategis Kiruna
Kiruna didirikan 125 tahun lalu sebagai kota penopang operasi penambangan bijih besi LKAB. Terletak 145 kilometer di utara Lingkaran Arktik, Kiruna kini dikenal sebagai “pusat antariksa” Eropa dan rumah bagi tambang bijih besi bawah tanah terbesar di dunia.
Meskipun LKAB berskala kecil secara global, perusahaan ini merupakan pemain regional yang sangat signifikan, menyumbang 80% dari seluruh bijih besi yang ditambang di Uni Eropa. Selain itu, LKAB baru-baru ini mengidentifikasi salah satu deposit unsur tanah jarang terbesar di Eropa, yang semakin memperkuat posisinya dalam ekstraksi material penting untuk transisi hijau.
Tantangan dan Kompensasi Relokasi
Relokasi Kiruna tidak lepas dari berbagai hambatan, termasuk kekhawatiran politik, ekonomi, dan lingkungan. Pemerintah kota dan LKAB telah meminta dukungan finansial dan pelepasan lahan yang lebih besar dari negara untuk mengakomodasi transformasi ini. Kekhawatiran juga muncul terkait potensi dampak pada penggembalaan rusa kutub dan budaya masyarakat adat Sami.
Proyek relokasi yang pertama kali direncanakan pada tahun 2004 ini menarik perhatian internasional pada Agustus 2025. Momen tersebut ditandai dengan pemindahan spektakuler Gereja Kiruna yang ikonik. Bangunan kayu berusia 113 tahun itu dipindahkan secara utuh menggunakan trailer khusus selama dua hari, sebuah prestasi teknik yang mengagumkan.
Namun, sekitar waktu yang sama, LKAB juga mengumumkan bahwa perluasan tambang bijih besinya akan membutuhkan relokasi tambahan 6.000 orang dan 2.700 rumah. Perusahaan pertambangan, yang bertanggung jawab atas pemindahan tersebut, memperkirakan biaya kompensasi sebesar 22,5 miliar SEK (sekitar US$2,4 miliar) selama 10 tahun ke depan.
Wakil presiden senior urusan publik dan hubungan eksternal di LKAB, Niklas Johansson, menjelaskan bahwa mereka yang diminta untuk pindah ditawari nilai pasar properti mereka ditambah 25% tambahan, atau pembangunan rumah baru. Sekitar 90% warga memilih untuk mengambil rumah baru.
“Masalahnya saat ini adalah bahwa pemerintah kota setempat memiliki sangat sedikit lahan yang mereka miliki [atau] yang dapat mereka bangun, dari sudut pandang administratif,” kata Johansson. “Mereka harus membeli tanah dari negara, yang memiliki sebagian besar tanah di atas Lingkaran Arktik. Dan di sini Anda memiliki konflik dengan penggembalaan rusa kutub, konflik dengan pertahanan, konflik dengan alam, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Dukungan Uni Eropa dan Perspektif Warga
Ketua dewan kota Kiruna, Mats Taaveniku, menggambarkan relokasi ini sebagai “proyek besar” yang dapat menghasilkan peluang signifikan bagi warga Eropa di masa depan. Keberhasilan proyek ini, menurutnya, sangat bergantung pada dukungan finansial dan politik yang lebih besar dari pemerintah Swedia dan Uni Eropa (UE).
“Kita sedang menghadapi apa yang bisa kita sebut sebagai pertarungan besar antara pemerintah kota dan LKAB, serta antara pemerintah kota dan pemerintah kita sendiri,” ujar Taaveniku. “Uni Eropa harus meningkatkan dukungannya kepada kita. Tidak cukup hanya dengan memutuskan bahwa kita memiliki mineral penting dan strategis. Mereka harus mendukung kita dengan pernyataan politik dan uang, tentu saja,” tegasnya.
Uni Eropa sendiri telah mengakui deposit logam tanah jarang baru LKAB sebagai penting secara strategis di bawah Undang-Undang Bahan Baku Kritis. Kebijakan ini bertujuan agar produksi domestik dapat memenuhi 40% dari permintaan tahunan kawasan tersebut pada tahun 2030.
“Beberapa warga sedih karena mereka akan kehilangan banyak kenangan. Mereka telah tumbuh di rumah itu selama dua atau mungkin tiga generasi, jadi ini menyedihkan,” kata Taaveniku. “Namun di sisi lain, semua orang tahu, kita hidup dari mineral. Kiruna dibangun di atas mineral, jadi setiap penduduk Kiruna tahu bahwa cepat atau lambat kita harus pindah dari rumah kita karena kita bergantung pada industri pertambangan ini,” pungkasnya.






