Nasional

Setelah Diterjang Banjir Bandang, Aceh Tamiang Berjuang Bangkit dari Reruntuhan

Aceh Tamiang kini nyaris tak lagi dikenali. Sejak banjir bandang menerjang pada akhir November, wilayah yang biasanya hidup dan ramai itu berubah menjadi sunyi, seolah kehilangan napas. Jalan-jalan tertutup lumpur hingga 30 sentimeter, rumah-rumah roboh dan saling bertumpuk, sementara truk serta kendaraan besar terseret, terdampar begitu saja, menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya arus yang meluluhlantakkan kota ini.

Listrik telah padam sejak 25 November, memaksa ribuan warga hidup dalam gelap selama berhari-hari. Ketika siang tiba, debu berterbangan dari lumpur yang mulai mengering, menyesakkan dada warga yang sejak awal sudah terseok menghadapi kenyataan pahit ini. Air bersih menjadi kemewahan, bahkan untuk sekadar bertahan hidup, banyak keluarga terpaksa menampung air banjir, mengendapkannya, lalu meminumnya. Sebuah keputusan yang dilakukan bukan karena pilihan, melainkan karena tak ada lagi yang bisa dilakukan.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Kondisi rumah sakit lumpuh total. Peralatan rusak, tenaga medis kewalahan, dan pasien bingung harus dibawa ke mana. Akses transportasi terputus, kendaraan rusak atau hilang hanyut. Bensin pun nyaris tak bisa ditemukan. Di tengah kekacauan itu, warga hanya bisa saling menguatkan, berharap pertolongan datang sebelum semuanya terlambat.

Secercah Harapan dari DT Peduli

Namun, dari kegelapan dan kehancuran itu, muncul secercah harapan. DT Peduli hadir membawa bantuan, menembus medan berat agar warga tidak merasa sendirian dalam bencana besar ini. Bantuan disalurkan ke sejumlah wilayah terdampak, antara lain Desa Payabedi, Desa Tanjung Karang, Pengadilan Kuala Simpang, Desa Peurlauk, dan Desa Tualang Cut.

Sembako, peralatan dapur umum, kompor, pakaian layak pakai, obat-obatan, hingga hygiene kit dibagikan kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi langkah awal untuk bangkit, walau perlahan, dari kehancuran yang begitu besar. Total 3.475 penerima manfaat mendapatkan bantuan di Aceh Tamiang.

Di tengah ratapan dan kelelahan warga yang kehilangan rumah, harta, bahkan harapan, bantuan ini menjadi pengingat bahwa Aceh Tamiang tidak sendiri. Bahwa masih ada tangan-tangan yang terulur, masih ada hati yang peduli.

Bagaimana Aceh Tamiang Akan Bangkit?

Pertanyaan besarnya sekarang, bagaimana Aceh Tamiang akan bangkit? Mungkin jawabannya belum terlihat hari ini. Namun, di balik lumpur, gelap, dan duka yang menyelimuti, solidaritas dan gotong royong dapat menjadi cahaya pertama yang menuntun Aceh Tamiang keluar dari bencana ini.

“Semoga bantuan terus mengalir. Semoga harapan tumbuh kembali. Dan semoga Aceh Tamiang berdiri kuat, meski harus memulai dari reruntuhan,” ucap perwakilan DT Peduli.

Mureks