Teknologi

Sergey Brin: “Saya Steve Jobs Berikutnya,” Akui Google Glass Gagal karena Terlalu Pede

Salah satu pendiri Google, Sergey Brin, akhirnya buka-bukaan mengenai kegagalan proyek kacamata pintarnya, Google Glass. Dalam pengakuan mengejutkan, Brin menyebut produk ambisius itu gagal total karena ia terlalu percaya diri, bahkan sempat merasa dirinya selevel dengan pendiri Apple, Steve Jobs.

Pengakuan di Stanford

Pengakuan ini disampaikan Brin saat berbicara di hadapan mahasiswa teknik Universitas Stanford dalam perayaan seratus tahun sekolah tersebut baru-baru ini. Ketika ditanya mengenai pola pikir pengusaha untuk menghindari kesalahan, Brin langsung menyinggung proyek kacamata pintarnya sembari tersenyum kecut.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Brin mengakui bahwa peluncuran Google Glass diwarnai oleh keputusannya yang terburu-buru. Ia merasa bisa menciptakan tren baru hanya dengan meluncurkan produk unik, tanpa memikirkan kesiapan pasar maupun kenyamanan produk itu sendiri.

“Saya semacam melompat terlalu dini dan saya berpikir, ‘Oh, saya adalah Steve Jobs berikutnya, saya bisa membuat benda ini. Ta da’,” kenang Brin menirukan pola pikirnya saat itu. Ia menyadari bahwa momen peluncuran Google Glass dianggapnya sebagai “momen Steve Jobs” bagi dirinya. Sayangnya, realita berkata lain, produk tersebut belum matang dari segi biaya maupun desain, namun sudah dipaksakan untuk komersial.

Peluncuran Ambisius dan Kegagalan

Masih lekat di ingatan para pecinta gadget, peluncuran Google Glass pada tahun 2012 silam dilakukan dengan aksi publisitas gila-gilaan. Google menyewa penerjun payung yang melompat dari kapal udara (airship) sambil mengenakan kacamata tersebut untuk menyiarkan video langsung ke acara Google I/O.

Menanggapi aksi masa lalunya itu, Brin kini memberikan tips kepada para calon entrepreneur. “Saat Anda memiliki ide perangkat wearable baru yang keren, benar-benar matangkanlah produk itu sebelum Anda melakukan aksi pemasaran keren yang melibatkan terjun payung dan kapal udara,” ujarnya dikutip IndiaTimes.

Sebagai informasi, Google Glass dijual kepada “Explorers” (penguji awal) pada tahun 2013 dengan harga selangit, yakni USD 1.500 (sekitar Rp 23 juta kurs saat ini). Namun, konsumen mengeluhkan desainnya yang kaku, baterai boros, dan isu privasi karena adanya kamera 5MP yang bisa merekam diam-diam. Google akhirnya menghentikan penjualan untuk konsumen umum pada 2015.

Masa Depan Kacamata Pintar Google

Meski demikian, Brin menegaskan bahwa Google belum menyerah pada form factor kacamata. Perusahaan raksasa pencarian ini baru saja mengumumkan kemitraan dengan Warby Parker untuk meluncurkan kacamata pintar baru tahun depan.

Perangkat anyar ini akan ditenagai sistem operasi Android XR dan asisten AI Gemini. Berbeda dengan pendahulunya, Brin berjanji desainnya akan jauh lebih manusiawi. “Dan sekarang itu terlihat seperti kacamata biasa tanpa ‘benda’ di depannya,” pungkas Brin, merujuk pada modul kamera yang menonjol pada Google Glass orisinal.

Mureks