Keuangan

Rupiah Kembali Tertekan, Dolar AS Sentuh Rp16.780 di Tengah Divergensi Kebijakan Moneter Global

Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (29/12/2025). Berdasarkan data Refinitiv, mata uang Garuda berakhir di level Rp16.780 per dolar AS, menunjukkan pelemahan sekitar 0,18%.

Kondisi ini berbalik arah dari pembukaan perdagangan pagi, ketika rupiah sempat dibuka menguat 0,06% ke posisi Rp16.740 per dolar AS. Namun, tekanan jual kemudian mendominasi hingga penutupan. Sepanjang sesi perdagangan, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.740 hingga Rp16.790 per dolar AS, bahkan sempat mendekati level psikologis Rp16.800.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Pelemahan rupiah terjadi meskipun indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tercatat melemah tipis 0,01% ke level 98,017. Rupiah gagal memanfaatkan momentum pelemahan dolar AS di pasar global yang hingga awal pekan ini masih bergerak di zona koreksi.

Salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan pasar adalah data produk domestik bruto (PDB) AS yang dirilis pekan lalu. PDB AS tercatat tumbuh 4,3% secara tahunan, lebih kuat dari perkiraan pasar. Data tersebut sempat membuat pasar memangkas peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada pertemuan FOMC berikutnya dari 20% menjadi 13%. Namun, seiring perkembangan pasar, probabilitas tersebut kembali meningkat ke kisaran 18%, mencerminkan sikap investor yang tetap berhati-hati.

Tekanan terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan moneter global yang bergerak tidak selaras. Pasar memperkirakan The Fed masih akan memangkas suku bunga sekitar 50 basis poin pada tahun 2026. Di sisi lain, Bank of Japan (BoJ) justru diproyeksikan akan menaikkan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada periode yang sama.

Dari sisi politik, pelaku pasar turut mencermati rencana Presiden Donald Trump yang akan mengumumkan kandidat Ketua The Fed baru pada awal tahun 2026. Sejumlah laporan media menyebut Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, sebagai kandidat terkuat. Hassett dinilai sebagai figur yang cenderung dovish, dan ekspektasi terhadap arah kebijakan yang lebih longgar ini ikut menambah tekanan pada dolar AS.

Meskipun sentimen global cenderung positif bagi aset berisiko, rupiah belum sepenuhnya mampu memanfaatkan kondisi tersebut pada hari ini. Akibatnya, rupiah harus mengakhiri perdagangan di zona pelemahan.

Mureks