Internasional

Rentetan Nasib Tragis Para Pemimpin Korea Selatan: Dari Pemakzulan, Penjara, hingga Bunuh Diri

Advertisement

Sejarah politik Korea Selatan diwarnai dengan akhir tragis bagi sejumlah pemimpin negaranya. Fenomena ini kembali menjadi sorotan setelah mantan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dimakzulkan pada akhir 2024, sebuah keputusan yang secara resmi dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi pada April 2025.

Namun, kisah Yoon Suk Yeol bukanlah yang terburuk jika dibandingkan dengan nasib para pendahulunya. Tercatat, beberapa presiden Korea Selatan menghadapi kondisi sulit, mulai dari penahanan setelah masa jabatan, kudeta, hingga tindakan bunuh diri. Berikut adalah daftar para pemimpin Korea Selatan dengan akhir yang kelam, sebagaimana dirangkum dari AFP:

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Park Geun Hye

Park Geun Hye, yang menjabat sebagai presiden sejak 2013, dimakzulkan oleh Parlemen pada Desember 2016. Keputusan ini kemudian dikonfirmasi oleh Mahkamah Konstitusi pada Maret 2017, yang berujung pada dakwaan dan pemenjaraannya. Putri dari mantan diktator Park Chung Hee ini merupakan presiden wanita pertama Korea Selatan dan dikenal sebagai sosok yang anti-korupsi.

Namun, ia dituduh menerima atau meminta puluhan juta dolar dari konglomerat, termasuk Samsung. Tuduhan tambahan mencakup berbagi dokumen rahasia, menempatkan seniman yang kritis terhadap kebijakannya dalam ‘daftar hitam’, dan memecat pejabat yang menentangnya. Park dijatuhi hukuman 20 tahun penjara pada tahun 2021 dan denda yang besar. Kendati demikian, pada akhir tahun yang sama, ia diampuni oleh penggantinya, Moon Jae In.

Lee Myung Bak

Lee Myung Bak, yang berkuasa dari tahun 2008 hingga 2013, dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada Oktober 2018 atas kasus korupsi. Ia dinyatakan bersalah menerima suap dari Samsung sebagai imbalan atas bantuan kepada ketua konglomerat saat itu, Lee Kun Hee, yang sebelumnya telah dihukum karena penggelapan pajak. Mantan pemimpin ini kemudian diampuni oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada Desember 2022.

Roo Moo Hyun

Roo Moo Hyun, yang memimpin dari tahun 2003 hingga 2008, dikenal sebagai pendukung kuat perbaikan hubungan dengan Korea Utara. Ia mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing pada Mei 2009. Peristiwa tragis ini terjadi di tengah penyelidikan atas pembayaran sebesar satu juta dolar kepada istrinya dan lima juta dolar kepada suami salah seorang keponakannya oleh seorang produsen sepatu kaya.

Advertisement

Chun Doo Hwan

Chun Doo Hwan dikenal sebagai “Penjagal Gwangju” karena memerintahkan pasukannya untuk menghentikan pemberontakan terhadap kekuasaannya di kota Gwangju. Ia mengundurkan diri pada tahun 1987 setelah menghadapi demonstrasi massa dan menyerahkan kekuasaan kepada anak didiknya, Roh Tae Woo. Roh dan Chun memiliki hubungan dekat selama beberapa dekade, pertama kali bertemu sebagai teman sekelas di akademi militer selama Perang Korea.

Pada tahun 1996, kedua pria itu dihukum karena pengkhianatan atas kudeta tahun 1979 yang membawa Chun ke tampuk kekuasaan, pemberontakan Gwangju tahun 1980, korupsi, dan pelanggaran lainnya. Roh dijatuhi hukuman 22,5 tahun penjara, yang kemudian dikurangi menjadi 17 tahun. Sementara Chun dijatuhi hukuman mati, hukuman yang diringankan menjadi penjara seumur hidup. Keduanya kemudian diberi amnesti pada tahun 1998 setelah hanya menghabiskan dua tahun di balik jeruji besi.

Park Chung Hee

Park Chung Hee dibunuh pada Oktober 1979 oleh kepala mata-matanya sendiri saat makan malam pribadi. Peristiwa malam itu telah lama menjadi subjek perdebatan sengit di Korea Selatan, khususnya mengenai apakah pembunuhan itu direncanakan sebelumnya. Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo, yang saat itu menjabat sebagai jenderal angkatan darat, memanfaatkan kekacauan politik untuk melancarkan kudeta pada Desember 1979.

Yun Po Sun

Presiden Yun Po Sun digulingkan pada tahun 1961 dalam sebuah kudeta yang dipimpin oleh perwira angkatan darat Park Chung Hee. Meskipun Park mempertahankan jabatan Yun, ia secara efektif mengambil alih kendali pemerintahan. Park kemudian menggantikan Yun setelah memenangkan pemilihan umum pada tahun 1963.

Syngman Rhee

Presiden pertama Korea Selatan, Syngman Rhee, yang terpilih pada tahun 1948, dipaksa mengundurkan diri oleh pemberontakan yang dipimpin mahasiswa pada tahun 1960. Pemberontakan tersebut terjadi setelah ia berupaya memperpanjang masa jabatannya melalui pemilihan umum yang curang.

Advertisement
Mureks