Berita

Prabowo dan Bahlil Saling Puji: Manuver Politik di Balik Panggung HUT Golkar

Advertisement

Puncak peringatan HUT ke-61 Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, pada 5 Desember 2025 lalu menjadi saksi adegan politik yang menarik antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia. Tak hanya berbalas pantun, keduanya saling melontarkan pujian yang sarat makna.

Bahlil, dalam pidatonya, menekankan kehadiran Prabowo di setiap ulang tahun Golkar sebagai bukti kecintaan. Ia mengaitkannya dengan rekam jejak Prabowo yang pernah berdinamika di partai berlambang pohon beringin itu. Bahkan, Bahlil menyebut Prabowo lebih memahami Golkar ketimbang dirinya, meski sang presiden adalah Ketua Umum Partai Gerindra.

Pujian itu disambut hangat oleh Prabowo. Ia membalas dengan menyebut Bahlil sebagai sosok yang cerdas dan pintar menarik hati. Sebuah video yang menampilkan Prabowo mengenakan jaket Golkar dan foto almarhum ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo, semakin memperkuat kedekatan emosional tersebut.

Prabowo mengakui belajar politik di Golkar dan merasa nyaman bersama partai tersebut. Ia pun berterima kasih atas kinerja kader Golkar di kabinetnya yang dinilai bekerja dengan baik. Saling berbalas pujian ini tak ubahnya seperti panggung teater yang menampilkan dramaturgi politik, sebuah konsep yang dipopulerkan oleh Erving Goffman.

Pujian yang dilontarkan di front stage ini bukan sekadar basa-basi, melainkan sebuah narasi yang sengaja dibangun untuk audiens. Pertanyaannya, bagaimana realitas politik di backstage dan apa makna sesungguhnya di balik sanjungan tersebut?

Posisi Strategis Golkar Menguat

Analisis menunjukkan beberapa makna politik di balik saling berbalas pujian ini. Pertama, Golkar semakin menegaskan posisinya yang strategis dalam koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Posisi ini menguat di antara partai koalisi lainnya, meskipun tidak melampaui Gerindra.

Prabowo merasa nyaman dengan Golkar yang masih menganggapnya sebagai keluarga besar. Bagi Golkar dan Bahlil, Prabowo bukan sekadar ‘mantan’ kader, melainkan alumni yang tetap memiliki ikatan emosional. Komunikasi politik Bahlil dinilai jenius dalam memikat hati Prabowo melalui pendekatan ini.

Advertisement

Dukungan untuk Bahlil dan Soliditas Partai

Kedua, saling berbalas pujian ini menjadi penegasan soliditas Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia. Dukungan penuh dari Presiden Prabowo untuk Bahlil membuat isu retaknya partai dan wacana Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) menjadi tidak relevan.

Keberhasilan Bahlil dalam menavigasi arah politik Golkar di antara pengaruh kuat Presiden Joko Widodo dan Prabowo menjadi faktor kunci. Kemampuannya menjaga keseimbangan hubungan kedua tokoh tersebut sangat krusial, apalagi Prabowo sendiri menegaskan kedekatannya dengan Jokowi.

Sinyal Arah Koalisi 2029

Ketiga, perayaan HUT Golkar ini sedikit membuka tabir mengenai arah koalisi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029. Dukungan Golkar kepada Prabowo tampaknya akan berlanjut, seperti yang diisyaratkan Bahlil dalam pidatonya, “Partai Golkar harus bersama-sama dengan Bapak Presiden dan Wakil Presiden sebagai partai koalisi yang mendukung pemerintahan. Sampai di mana selesainya, tergantung Bapak Presiden.”

Usulan Bahlil mengenai pembentukan koalisi permanen juga menjadi sorotan. Ini bisa diartikan sebagai upaya menjaga stabilitas pemerintahan saat ini sekaligus sebagai strategi menghadapi Pilpres 2029. Keikutsertaan Golkar dalam koalisi permanen mengindikasikan kesiapan mereka untuk kontestasi di masa depan.

Fakta bahwa Bahlil berencana maju sebagai calon anggota legislatif dari Papua pada Pemilu 2029 semakin memperkuat spekulasi bahwa fokusnya bukan pada kontestasi Pilpres. Ketiga makna politik ini memberikan gambaran tentang dinamika yang mungkin terjadi di balik layar, meski kepastiannya hanya diketahui oleh pihak-pihak terkait.

Advertisement