Awal karier Raphinha di Barcelona penuh tantangan, nyaris terdepak meski didatangkan dengan harga tinggi. Namun, di bawah arahan pelatih Hansi Flick, nasibnya berubah drastis, meski pengakuan global masih terasa jauh.
Dari Transfer Mahal ke Peran Tak Menentu
Raphinha tiba di Camp Nou pada musim panas 2022 dengan mahar 55 juta poundsterling. Kedatangannya kala itu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Ousmane Dembele akibat cedera di era kepelatihan Xavi Hernandez.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Namun, ketika Dembele pulih, posisi sayap kanan kembali menjadi miliknya. Barcelona menutup musim dengan gelar La Liga, sementara Raphinha kembali ke peran pendukung. Kepergian Dembele ke Paris Saint-Germain (PSG) pada pramusim 2023 sejatinya membuka jalan bagi Raphinha.
Nahas, cedera hamstring pada September membuatnya absen, dan celah tersebut dimanfaatkan oleh talenta muda berusia 16 tahun, Lamine Yamal, yang tampil memukau.
Adaptasi di Tengah Kritik dan Tekanan Finansial
Sekembalinya dari cedera, Raphinha dihadapkan pada realitas baru. Yamal telah menunjukkan performa meyakinkan, membuat perebutan posisi terasa timpang. Alih-alih protes, Raphinha memilih beradaptasi.
Xavi memainkannya di berbagai posisi, mulai dari sayap kiri hingga gelandang serang, sembari kritik terus berdatangan dari berbagai pihak. Musim 2023/2024 berakhir tanpa trofi dan berujung pada pemecatan Xavi.
Situasi finansial klub yang sulit membuat banyak pihak menyerukan penjualan Raphinha. Namun, pemain asal Brasil ini tetap menunjukkan komitmennya untuk bertahan dan membela klub, bahkan saat menghadapi ejekan suporter pada ajang Copa America.
Era Hansi Flick: Kapten dan Performa Meledak
Penunjukan Hansi Flick sebagai pelatih baru Barcelona membawa kejutan lain. Raphinha terpilih sebagai kapten oleh rekan-rekan setimnya, sebuah keputusan yang sempat dipertanyakan dari luar, namun cepat terbukti di lapangan.
Dalam tiga bulan pertama musim lalu, Raphinha mencetak 10 gol dan sembilan assist. Puncaknya, hat-trick ke gawang Bayern Munchen di Liga Champions mengubah persepsi publik, dengan teriakan “Capitan! Capitan!” menggema di stadion.
Ia menjadi bagian dari trisula paling menggairahkan sejak era MSN (Messi, Suarez, Neymar) bersama Lamine Yamal dan Robert Lewandowski. Total 34 gol dan 26 assist di semua ajang mengantarkannya meraih gelar pemain terbaik La Liga 2024/2025.
Kontroversi Penghargaan dan Pembelaan Tegas Flick
Meski performanya cemerlang, pengakuan global untuk Raphinha tetap terasa kurang. Ia finis di posisi kelima dalam pemungutan suara Ballon d’Or dan tidak masuk dalam FIFA Best XI, meskipun dinominasikan di FIFA Best Awards.
Melihat hal ini, Hansi Flick pun angkat suara. Ia menyebut FIFA Best XI sebagai “lelucon” dan menegaskan bahwa pengaruh Raphinha di lapangan sangat luar biasa, termasuk statusnya sebagai top skor Liga Champions dengan 13 gol.
“Tak bisa dipercaya dia tak ada di sana,” kata Flick dalam konferensi pers, menunjukkan betapa ia memahami dampak psikologis kegagalan individual pada pemainnya dan mengapa ia memilih membela secara terbuka.
Musim ini dimulai dengan rintangan lain. Cedera hamstring kembali datang pada September, disertai dua kali kemunduran pemulihan hingga ia baru kembali akhir November. Comeback Raphinha terjadi pada pembukaan kembali Camp Nou melawan Athletic Club. Meski hanya bermain sembilan menit, standing ovation menyambutnya, menandakan dukungan penuh dari para penggemar.






