JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tengah mendalami dugaan sabotase yang menyerang sistem organisasi mereka. Investigasi ini melibatkan ahli teknologi informasi (IT) dan telah dimulai sejak 21 November 2025.
Rapat Syuriyah dan Tanfidziyah Bahas Sabotase
Pembahasan mengenai dugaan sabotase ini mengemuka dalam rapat Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU yang digelar di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, pada Sabtu (13/12/2025). Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, KH Imron Rosyadi Hamid atau akrab disapa Gus Imron, mengonfirmasi pembentukan tim investigasi.
“Iya, tadi sempat dibahas di rapat kita. Kita telah membentuk tim investigasi yang melibatkan ahli IT ya,” ujar Gus Imron kepada wartawan seusai rapat.
Dua Nama Disebut, Identitas Dirahasiakan
Gus Imron mengungkapkan bahwa ada dua nama yang telah disebut dalam rapat terkait investigasi ini. Namun, identitas kedua nama tersebut belum dapat diungkapkan ke publik.
“Ada dua nama yang disebut tapi nanti akan kita sampaikan pada waktunya, tidak bisa kita sampaikan sekarang karena harus di-SK oleh pimpinan,” jelasnya.
Upaya Sabotase Hilangkan Hak Stamping Rais Aam
Lebih lanjut, Gus Imron membeberkan bahwa upaya sabotase telah terjadi sejak 21 November 2025. Salah satu modus yang teridentifikasi adalah upaya menghilangkan hak stamping dari Rais Aam PBNU.
“Jadi mulai tanggal 21 November 2025, telah terjadi upaya untuk melakukan sabotase Digdaya, termasuk menghilangkan hak stamping dari Rais Aam,” tuturnya.
Ia menyayangkan tindakan tersebut. “Bayangkan, pemimpin tertinggi di NU itu hak stamping -nya dihilangkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” sambung Gus Imron.
Hasil Investigasi Segera Disampaikan
Tim investigasi yang dibentuk PBNU saat ini masih bekerja untuk mendalami kasus tersebut. Gus Imron memastikan bahwa hasil investigasi akan segera disampaikan kepada Rais Aam PBNU dan publik.
“Nah, ini kita mau investigasi, dan nanti tim akan bekerja secepatnya dan melaporkan hasilnya pada Rais Aam,” pungkas Gus Imron.






